Bandung (ANTARA) - Mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ahmad Heryawan atau Aher menuturkan anggaran pembangunan Masjid Raya Al Jabbar, Gedebage, Kota Bandung, memakai skema tahun jamak (multiyears) agar komposisi anggarannya tidak sekaligus besar namun pembangunan bisa dianggarkan secara bertahap.

"Anggaran Al Jabbar juga tidak mengurangi keberpihakan APBD pada urusan wajib seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan," kata Aher ketika dihubungi, Jumat.

Sebelumnya, anggaran Masjid Raya Al Jabbar senilai Rp1 triliun dari APBD mengundang polemik oleh sebagian pihak.

Pada prosesnya anggaran sebesar itu tidak ujug-ujug muncul pada zaman Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil karena sudah dianggarkan secara bertahap sejak pemerintahan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Baca juga: Ridwan Kamil sebut Masjid Al Jabbar merupakan masjid terlengkap

Ahmad Heryawan yang menjabat Gubernur Jawa Barat Tahun 2008-2018 ini menuturkan sejak pihaknya mencetuskan rencana pembangunan, besarnya anggaran Al Jabbar dan urgensinya dalam prioritas Pemprov Jabar sudah menuai perdebatan.

Namun, pihaknya pada saat itu tetap konsisten memperjuangkan Al Jabbar mengingat pentingnya membangun masjid berskala besar bagi provinsi dengan umat Muslim terbesar di Indonesia.

"Bagaimana pun program besar membutuhkan anggaran besar. Ada yang mempermasalahkan karena anggarannya terlalu besar. Ada pemikiran ini bukan prioritas," kata Aher.

"Saya katakan untuk anggaran jalan kita besar banget, untuk pembangunan ruang kelas baru sangat banyak, untuk BOS kita menganggarkan banyak, untuk PON demikian besar kita juga menganggarkan," katanya.

Dia menuturkan, untuk anggaran jalan, ruang kelas, dan PON pemda berani menganggarkan, lantas mengapa tidak dapat mengeluarkan kebijakan untuk menganggarkan sebuah artefak yang melambangkan ketaatan umat Muslim pada Allah SWT yaitu masjid.

Baca juga: Wakil Presiden berharap Masjid Al Jabbar jadi pusat pemberdayaan umat

Setelah anggaran disetujui, pembangunan Al Jabbar rupanya tidak berlangsung mulus dan kegagalan tender pada awal 2017 membuat pembangunan Al Jabbar baru bisa dimulai pada akhir 2017.

"Sehingga anggaran besar yang sudah dianggarkan tidak terpakai, yang terpakai hanya sebagian kecil pada akhir 2017. Alhamdulillah, pada 2018 berjalan utuh, sampai 2019 hingga sekarang 2022 dilanjutkan pada zaman Gubernur Ridwan Kamil," katanya.

Pembangunan masjid yang menjadi ikon masjid terbesar di Jabar itu, menurut dia, sangat memakan waktu, tenaga, pikiran, dan tentunya anggaran yang sangat besar, sehingga selesainya pembangunan patut disyukuri.

Menurut dia, setiap niat baik program pemerintah pada prosesnya wajar menemui kendala dan polemik.

Namun, pihaknya memastikan Al Jabbar dibangun dengan perencanaan matang dan tujuan yang baik.

Baca juga: DPRD Jabar berharap Masjid Al Jabbar jadi kebanggaan internasional

"Masjid besar ini mewakili besarnya umat Islam di Jawa Barat, mewakili sikap religi orang Jawa Barat. Wajar saja kita membangun sebuah artefak yang mewakili umur sejarah, pada zaman-zaman ke depan semua orang akan mengingat bahwa ini adalah masjid kebanggaan Jawa Barat," kata Aher.

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023