Jakarta (ANTARA News) - Ketua Badan Sosialisasi MPR Ahmad Basarah meminta masyarakat untuk mewaspadai upaya sejumlah pihak yang melakukan adu domba antaranak bangsa lewat politik memecah-belah dengan sengaja mempertentangkan antara agama dengan negara.

"Ada upaya adu domba dengan mereproduksi politik memecah-belah dengan cara-cara baru, menggunakan fasilitas telepon genggam, media sosial," kata Basarah dalam acara sosialisasi Empat Pilar MPR dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat.

Dia menilai kalau masyarakat tidak sadar adanya upaya reproduksi memecah-belah tersebut maka kemungkinan Indonesia akan dijajah kembali oleh bangsa lain.

Menurut dia, saat ini tidak relevan mempertentangkan antara agama dengan negara sehingga kaum muda harus memetakan dan mengidentifikasi permasalahan dengan jernih agar mampu menghasilkan solusi yaitu kembali kepada politik nasional.

"Kesadaran ini harus dilakukan oleh kaum progresif revolusioner karena tantangan semakin kompleks sehingga pemetaan perlu diidentifikasi dengan jelas. Jawabannya kembali kepada politik nasional dengan ciri gotong royong," ujarnya.

Baca juga: Beginilah PPP tentang agama-negara

Baca juga: Romahurmuziy: Agama dan negara jangan dipertentangkan

Baca juga: Indonesia termasuk negara yang anggap agama itu penting


Basarah mengatakan kehadiran organisasi mahasiswa ekstra kampus dalam sosialisasi Empat Pilar MPR tersebut dari kalangan nasionalis dan agama, mempertegas cita-cita Presiden Pertama RI Soekarno yang menginginkan adanya pertautan antara golongan nasionalis dan agama.

Dia mengatakan Soekarno sebagai seorang nasionalis adalah seorang santri yang menjalankan ajaran agamanya dan itu ditulis dalam buku karya Soekarno berjudul "Sarinah".

"Tanggung jawab pemuda saat ini adalah membumikan Pancasila sehingga saya harap mereka dapat menyulam dan menjahit merah putih yang sempat tercabik-cabik dengan karakter pandangan trans-nasional," katanya.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018