Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) melakukan kerjasama dengan Paguyuban Pedagang Mie dan Bakso Megapolitan Indonesia (Paguyuban Miso Indonesia) untuk meningkatkan penyaluran kredit sejalan dengan makin membaiknya pertumbuhan ekonomi. "Kerjasama dengan Paguyuban Miso Indonesia merupakan komitmen BII untuk mendukung pertumbuhan Usaha mikro Kecil dan Menengah (UKM)," kata Direktur BII, Sukatmo Padmosukarso, di Jakarta, Selasa. Ia mengemukakan hal itu saat penandatanganan kerjasam kartu "co-branding" BII dengan Paguyuban Miso Indonesia, dan penyerahan kartu anggota kehormatan yang disaksikan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans), Erman Soeparno. Sukatmo mengemukakan, BII sangat peduli untuk membantu mengembangkan UMKM, agar mereka bisa berkembang lebih baik dari sebelumnya. UMKM makin sulit berkembang, karena mereka tidak mempunyai dukungan yang kuat untuk bisa eksis di pasar, katanya. Menurut dia, pengukuhan kerjasama ini merupakan peningkatan kerjasama yang telah ditandatangani akhir tahun 2006. "Kami mendukung upaya pengembangan UMKM di Indonesia dan akan mengucurkan dana bagi UMKM dan Koperasi yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku di BII," ucapnya. BII, lanjut Sukatmo, pada tahap awal kerjasama akan memperkenalkan penggunaan jasa perbankan kepada para pengusaha-anggota yang terhimpun dalam Miso Indonesia melalui penggunaan kartu debit/ATM co-branding sehingga para pengusaha dapat melakukan transaksi perbankan melalui kantor cabang BII. Sebanyak 230 kantor cabang dan 700 ATM BII siap melayani transaksi tersebut, sehingga kartu itu dapat diakses melalui jaringan ALTO dan ATM BERSAMA, ucapnya. Menurut dia, kerjasama itu akan ditingkatkan dengan kerjasama pembiayaan melalui koperasi. Koperasi berperan sebagai kepanjangan tangan BII dalam penyaluran kredit UMKM kepada anggota Paguyuban Miso Indonesia. Penyaluran fasilitas UMKM melalui koperasi ini melengkapi penyaluran fasilitas sejenis yang sudah dilakukan BII melalui Linkage program dengan 80 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan total plafon awal Rp637 miliar lebih dan outstanding sebesar Rp407 miliar, katanya. BII, menurut Sukatmo, menargetkan penyaluran kredit sepanjang tahun ini sebesar Rp24 triliun melihat peluang pasar makin besar. Target kredit senilai itu sekira 38 persen untuk Usaha Kecil dan Menengah dan Konsumer, selain 30 persen untuk korporate, dan sisanya untuk komersial, katanya. Ketua Umum Paguyuban Miso Indonesia, H. Sumaryoto, dalam kesempatan tersebut mengatakan, kartu "co-branding" sekaligus kartu tanda pengenal para anggota Miso. Dari 43 juta UMKM, sekitar 20 persen sampai 30 persen atau sekitar 6 juta orang merupakan para pedagang mie baso, katanya. Ia memberi contoh, andai satu orang pedagang mie-bakso dapat menjual sebanyak 20 mangkok dengan nilai Rp100 ribu, maka akan terkumpul dana pedagang itu sebesar Rp6 triliun. Karena itu potensi UMKM sangat besar itu dikelola lebih lanjut, apalagi sektor tersebut merupakan kegiatan usaha yang tahan banting, ucapnya. Menurut dia, Paguyuban Miso Indonesia telah terbentuk di 35 kota dan kabupaten di Jawa Tengah, Banten, Cianjur, Sukabumi dan Jabotadetabek dengan jumlah anggota sekitar 1.000 orang. "Pengembangan akan difokuskan ke wilayah Jawa dan Bandar Lampung dan seluruh Indonesia, sehingga total anggota bisa mencapai 5.000 sampai 10.000 orang," katanya. Menaker Erman Soeparno mengatakan, prospek pedagang mie baso ke depan cukup baik, apalagi Indonesia terkenal sebagai negara yang penduduknya suka makan mie. Negara Asia lainnya yang juga makan mie adalah RR Cina, India dan Jepang, ujarnya. Pemerintah, menurut dia sedang meneliti buah barut dan gayong yang mudah ditanami untuk dijadikan bahan baku mie. Bahan baku mie saat ini terbuat dari sagu untuk menekan harga yang lebih murah maka buah barut dan gayong akan diberdayakan yang kegunaannya sedang diteliti lebih jauh, katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007