Yogyakarta (ANTARA News) - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta berharap para pengelola perhotelan di Yogyakarta tidak melakukan perang tarif selama Ramadhan 2018.

"Selama musim sepi kunjungan di Bulan Ramadhan kami harapkan tidak ada perang tarif," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DIY Istijab M Danunagoro di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Istijab, penurunan okupansi wajar terjadi setiap memasuki Bulan Ramadhan. Baik hotel berbintang maupun non bintang saat ini rata-rata okupansinya merosot menjadi 30 persen, dari hari normal yang biasanya mampu mencapai 40 hingga 60 persen.

Tren penurunan okupansi itu, menurut dia, disebabkan berkurangnya aktivitas masyarakat di luar kota sehingga berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Yogyakarta yang tentu terkait erat dengan tingkat hunian hotel.

Dengan demikian, banyak yang selanjutnya menyajikan tarif promo atau banting harga untuk menggaet pengunjung.

"Semua hotel membutuhkan kunjungan untuk mendongkrak okupansi, sehingga berbagai cara akan dilakukan," kata dia.

Ia meyakini penurunan okupansi yang disebabkan masuknya bulan puasa itu akan kembali pulih pada awal Juni 2018.

Untuk menarik minat kunjungan, menurut dia, seharusnya masing-masing pengelola hotel cukup mempromosikan program-program yang menarik bagi calon pengunjung, misalnya dengan menyediakan paket Ramadhan seperti buka puasa, takjil, serta sahur secara gratis.

"Seharusnya tidak perlu menurunkan harga terlalu rendah," kata dia.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Aris Riyanta mengatakan penurunan okupansi atau kunjungan wisatawan selama Ramadhan merupakan hal yang wajar sehingga pengelola detinasi wisata maupun perhotelan juga melakukan upaya-upaya yang wajar untuk mendongkrak kunjungan.

"Ritme penurunannya seperti biasa saat bulan Ramadhan yang biasanya kembali meningkat mendekati Lebaran," kata Aris.

Baca juga: Hotel di DIY jangan perang tarif

Baca juga: PHRI Yogyakarta dorong hotel sajikan masakan tradisional

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018