Batam (ANTARA News) - PT Pelindo I (Persero) menambah dua unit kapal pandu untuk melayani jasa pengantaran kapal-kapal yang berlayar melalui Selat Malaka.

"Tahun ini, kami adakan kapal, yang `dedicated` (khusu) untuk pengantaran pandu di Selat Malaka," kata Koordinator PMO Pemanduan Selat Malaka Pelindo I Parsaulian Manurung melalui sambungan telepon di Batam, Kepulauan Riau, Rabu.

Kapal khusus pandu itu sedang dalam pembangunan dan diharapkan selesai November 2018. Apabila sudah selesai, maka akan ditempatkan di Belawan, Medan dan Batam.

Ia mengatakan selama ini, pihaknya masih menggunakan kapal-kapal yang terdapat di setiap cabang, seperti di Belawan, Batam, Kuala Tanjung, dan Bintan. Namun, ke depannya akan digunakan kapal khusus untuk pemanduan.

Pada 2017, Pelindo I melayani rata-rata 3-4 kapal tiap bulan untuk dipandu melintasi Selat Malaka. Manurung menargetkan, pada 2018 pihaknya bisa menggandakan pelayanan menjadi sekitar 10 kapal setiap bulan.

Dua pemanduan yang sedang dikerjakan Pelindo I, di antaranya untuk kapal jenis tanker yang berlayar dari Papua menuju Lhoksumawe, yang dipandu mulai dari perairan Bintan hingga ke Lhoksumawe.

"Itu kapal asing yang beroperasi di dalam, dan membawa gas," kata dia.

PT Pelindo 1 sudah mulai melakukan usaha pemanduan sejak wewenang itu dilimpahkan pada November 2016.

Jasa pemanduan di Selat Malaka merujuk pada resolusi IMO. Ketiga negara yakni Indonesia, Singapura dan Malaysia dipersilahkan menjalankan usaha itu, meski masih bersifat sukarela atau tidak diwajibkan bagi semua kapal yang melalui selat tersebut.

"Sampai saat ini, Singapura dan Malaysia belum menyatakan siap. Kami sudah siap," kata dia.

Karena bersifat sukarela, maka pendekatan pemasaran yang dilakukan PT Pelindo I ke agen kapal, murni bisnis. Meski unsur keselamatan menjadi tujuan utama pemanduan kapal.

Menurut dia, prospek usaha jasa pandu kapal di Selat Malaka tetap bagus. Apalagi, untuk kapal besar yang membawa barang-barang berisiko.

"Terutama kalau membawa barang sensitif, seperti gas dan bahan kimia. Karena di perairan Selat malaka juga ada (alur) yang sangat riskan," kata dia.

Beberapa jalur perairan di selat itu memiliki lebar alur sekitar satu kilometer, dengan arus yang kuat. Pelayaran itu berisiko untuk kapal pembawa barang-barang sensitif.

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018