Probolinggo (ANTARA News) - Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Probolinggo Dedy Isfandi mengatakan dalam beberapa tahun terakhir ini ikan paus sering terdampar di perairan Probolinggo, Jawa Timur.

"Berdasarkan catatan kami, sedikitnya enam peristiwa terdamparnya ikan paus berbagai jenis di Probolinggo yang terjadi pada tahun 2010, 2015, 2016, 2017 dan 2018," katanya di Probolinggo, Jumat.

Terdamparnya ikan paus balin di Pantai Randutatah, Kecamatan Paiton, Rabu 6 Juni lalu ternyata bukan yang pertama kali terjadi di Probolinggo karena dalam waktu kurun delapan tahun terakhir tercatat enam kali kejadian serupa terjadi di lokasi yang berbeda di Probolinggo.

Berdasarkan data Dinas Perikanan Probolinggo, ikan paus minke terdampar di Desa Penambangan, Kecamatan Pajarakan, pada 7 November 2010, ikan hiu paus atau hiu tutul terdampar di Desa Gejugan-Kecamatan Pajarakan pada 9 Desember 2010, ikan hiu paus/hiu tutul terdampar di Desa Binor-Kecamatan Paiton.

Kemudian, 32 ekor ikan paus pilot terdampar di Desa Pesisir, Kecamatan Gending, dengan rincian 15 ekor mati dan 17 ekor berhasil diselamatkan pada 15 Juni 2016, paus balin terdampar di Desa Tongas Wetan-Kecamatan Tongas pada 30 Oktober 2017, dan beberapa waktu lalu paus balin terdampar dalam kondisi mati di Desa Randutatah, Kecamatan Paiton, pada 6 Juni 2018.

"Bahkan seingat saya paus orca atau paus pembunuh terdampar di Probolinggo pada tahun 2005, namun saya lupa lokasi persisnya," kata Dedy.

Fenomena ini terjadi karena hewan laut raksasa itu sedang mengalami disorientasi atau sedang linglung karena paus maupun hiu paus biasanya hidup berkelompok.

Baca juga: Bangkai Paus terdampar di Pantai Duta Probolinggo

"Jika ada satu paus yang sedang linglung, maka dia akan terpencar dari kelompoknya. Hewan laut yang linglung itu pun tetap bertahan hidup dengan cara memakan plankton di perairan Indonesia yang beriklim tropis," kata Dedy.

Dari beberapa kejadian terdamparnya mamalia laut itu,sebagian besar berasal dari wilayah subtropis seperti Australia, Jepang dan Korea.

"Faktor penyebab linglung itu karena dari awal dia sudah terkena penyakit. Kalau berasal dari perairan Australia, mungkin mamalia laut itu masuk dari Selat Bali sampai ke Selat Madura dan berakhirnya di sini," kata Dedy.

Ia mengatakan ikan paus mati karena iklim yang tidak bersahabat. Suhu perairan subtropis dengan perairan tropis berbeda karena suhu subtropis antara 3-5 derajat celsius, sedangkan tropis pada kisaran 30-35 derajat celsius.

Mengenai penyebab disorientasi, Deddy mengatakan potensi besar disebabkan dari makanan yang dikonsumsi, contohnya terdamparnya ikan paus balin yang memiliki tipikal mulut seperti bulu sikat gigi yang fungsinya untuk memakan plankton, namun tidak semua plankton itu bagus karena ada yang beracun, seperti fenomena Red Tide.

Red Tide adalah fenomena alam ketika warna air laut berwarna merah kecoklatan dan sangat beracun yang disebabkan fitoplankton jenis Pyrrophyta yang jumlahnya meningkat banyak akibat air hangat dan kaya nutrisi.

"Jika itu termakan, maka akan berpengaruh pada kesehatan ikan paus yang dapat berakibat pada disorientasi, terpencar dari kelompok dan nyasar ke perairan yang tidak cocok dengan ikan paus tersebut," kata Dedy.

Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018