Sukabumi (ANTARA News) - Terkait tudingan yang dilontarkan mantan Wakil Ketua DPR Zaenal Ma`arif terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengharapkan kepada Zainal Ma`arif agar segera meminta maaf kepada Presiden Yudhoyono, sehingga permasalahannya tidak semakin luas. "Seharusnya tudingan itu tidak perlu keluar dari mulut Zaenal Ma`arif, karena saat ini masyarakat Indonesia tidak ingin mendengar masalah tersebut. Namun yang perlu dibenahi adalah kinerja pemerintah agar bisa membangun Indonesia lebih baik lagi," katanya, usai menjadi pembicara dalam acara silaturahmi tokoh dan masyarakat di Auditorium Universitas Muhammadiyah (UMMI) Kota Sukabumi, Jabar, Minggu siang. Ia menyayangkan tindakan Zaenal Ma`arif yang menuding Presiden Yudhoyono pernah menikah sebelum menjalani pendidikan di Akabri, Magelang. "Masalah ini tidak perlu berlarut-larut dan semakin luas, maka saya minta Pak Zaenal meminta maaf kepada SBY mengenai tudingannya itu. Saya kira SBY akan memaafkan," katanya. Presiden Yudhoyono di Nusa Dua, Bali, Jumat (27/7), mengatakan akan menuntut secara hukum Zaenal Ma`arif, -- yang baru saja pergantian antar waktu (PAW)-nya sebagai anggota DPR disetujui Presiden --, karena telah dianggap memfitnah dan mencemarkan nama baik Presiden. Hal itu disampaikan Presiden Yudhoyono menanggapi pernyataan Zaenal Ma`arif, Kamis (26/7), yang mengatakan bahwa Presiden Yudhoyono sudah menikah sebelum masuk ke Akabri. Presiden menjelaskan bahwa berita bohong atau fitnah yang disampaikan Zaenal Ma`arif itu sudah sangat keterlaluan, karena selain tidak benar juga merusak kehormatan, nama baik, dan harga dirinya. "Berita yang disampaikan itu SBY sudah menikah sebelum masuk Akabri bahkan sudah punya anak dua. Ini persis `black campaign`, fitnah, berita bohong pada saat pemilu presiden 2004," katanya. Diungkapkannya berita tersebut juga sangat menghancurkan hati dan perasaan orang tua, istri dan anak-anak serta keluarga besarnya. "Oleh karena itu, saya sedang mempersiapkan diri untuk melakukan hak saya menuntut secara hukum agar hukum ditegakkan di negeri tercinta," katanya. Presiden mangatakan bahwa dirinya, sangat tidak ingin politik di negara ini berkembang dengan cara-cara pembunuhan karakter seseorang. "Banyak cara-cara politik yang lebih baik, lebih bermoral, dan lebih satria dibandingkan harus melakukan `character assasination` dengan berita-berita bohong, fitnah yang keji seperti ini," katanya. Presiden juga menambahkan jika seseorang melakukan penipuan terhadap sebuah lembaga seperti Akabri, itu sama dengan sudah menipu negara dan peraturan yang berlaku di Akademi Militer atau Akabri. Sampai saat ini, taruna yang ketahuan telah menikah atau memiliki anak harus keluar dan dipecat dari akademi tersebut. Mantan Komandan Puspom TNI, Mayjen (Purn) Syamsu Djalal, mengatakan tudingan Zaenal Ma`arif bahwa SBY telah menikah sebelum masuk ke Akabri terlihat sangat kental nuansa politisnya dan sarat akan pembunuhan karakter presiden. "Persyaratan masuk ke Akabri itu sangat ketat dan sangat terinci, sehingga sangat sulit mengelabuinya dengan data yang tidak benar. Selain itu, apakah Pak Zaenal Ma`arif melihat pernikahan itu secara langsung, atau ia hanya berdasarkan `katanya`- `katanya` dari orang lain saja," katanya. Syamsu Djalal adalah lulusan Akabri 1965, sementara Presiden Yudhoyono adalah lulusan Akabri 1973. Ketika Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Kepala Staf Teritorial TNI dan Menhankam/Pangab adalah Jenderal Wiranto, jabatan Dan Puspom TNI dijabat Mayjen Syamsu Djalal. Ketiga perwira teras TNI itu sangat berperan dalam menuntaskan kasus penculikan sejumlah aktivis saat itu. (*)

Copyright © ANTARA 2007