Dili (ANTARA News) - Parlemen baru Timor Timur hari Senin diambil sumpah sesudah pemilihan umum bulan lalu, tapi partai politik gagal mengahiri kebuntuan atas pembentukan pemerintah dan penunjukan perdana menteri. Pada sidang pertamanya, dewan 65 anggota itu memilih Fernando de Araujo dari partai Demokratik, kelompok kecil, sebagai ketua parlemen. Dengan tak ada partai mendapatkan lebih dari setengah dari jumlah suara, kelompok bersaing gagal mencapai kesepakatan atas pembentukan pemerintah baru. Presiden baru Jose Ramos-Horta menyatakan akan menggunakan hak konstitusionalnya untuk memutuskan susunan pemerintah baru jika partai lalai melakukannya. "Masalahnya ialah siapa akan menjadi perdana menteri, apakah dari Fretilin atau persekutuan (CNRT)," kata Ramos-Horta awal bulan ini. Mantan partai berkuasa Fretilin mendapatkan 21 kursi dalam pemilihan umum 30 Juni itu, sementara CNRT, partai didirikan mantan presiden dan pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao, meraih 18 kursi. Partai Persatuan Demokatik Sosial-Demokrat Timor (ASDT-PSD) mendapatkan 11 kursi dan parti Demokratik merebut delapan kursi. Partai lebih kecil mendapatkan sisanya. Fretilin mengalami kemerosotan perolehan suara 29 persen dari 57 persen pada 2001. Baik Fretilin maupun CNRT sebelumnya mengesampingkan usul Ramos-Horta untuk membentuk pemerintah persatuan. Alkatiri semula menolak setiap perundingan dengan Gusmao, tapi keduanya sudah mengadakan pembicaraan. Persekutuan paling nyata tampak antara CNRT dan partai lebih kecil, yang gigih menggulingkan Fretilin, demikian AFP, DPA dan Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007