Banjarmasin (ANTARA News) - Badan pemeriksaan obat dan makanan (BPOM) Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam razia yang dilakukan beberapa waktu lalu hanya menemukan satu jenis dari tujuh jenis permen yang dinyatakan mengandung formalin. Kepala Dinas Kesehatan Kalsel drg H Rosehan Adhani, di Banjarmasin, Rabu mengungkapkan jenis permen berformalin yang ditemukan di tiga lokasi dari 21 tempat yang dilakukan pemeriksaan yaitu permen white rabbit sebanyak sekitar 5 kilogram. Dari 21 lokasi pemeriksaan tersebut, 17 lokasi dinyatakan baik, artinya tidak menjual makanan yang mengandung formalin. Sementara itu untuk bidang kosmetik dari 21 lokasi pemeriksaan hanya ditemukan pasta gigi maxam tootpaste with flouride spermint biru sebanyak 3 tube, dan maxam tootpaste with flouride wintergreen mint hijau sebanyak 4 tube. Hasil temuan BPOM Kalsel terhadap makanan berformalin di Banjarmasin yang telah beredar tersebut, jauh bila dibanding temuan BPOM pusat yang menyatakan terdapat 7 produk positif berformalin. Ke-tujuh produk tersebut yaitu, permen white rabbit creamy candy, permen kiamboy, calssic candy, backement, white rabbit, whit, dan manisan plum, yang keseluruh jenis permen tersebut seluruhnya tidak memiliki izin edar. Selain itu, juga terdapat 29 jenis pasta gigi yang tidak terdaftar yang empat diantaranya dinyatakan positif berformalin. Menurut Rosehan, pasta gigi tersebut mengandung bahan yang umumnya digunakan sebagai bahan pelarut yang sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat, sehingga harus dihindari pemanfaatannya. Saat ini produk-produk temuan BPOM Kalsel dan jajaran terkait tersebut telah disita untuk dimusnahkan. Kepala Dinas Perdagangan Kalsel, Drs Subardjo mengungkapkan, menekan peredaran permen berformalin yang rata-rata sangat disukai anak-anak tingkat SD karena rasanya yang enak dan harganya murah tersebut, pihaknya telah mengirimkan surat ke Disperidag kabupaten dan kota untuk melakukan pengawasan. Selain itu, pihaknya juga melayangkan surat kepada dinas pendidikan untuk membantu melakukan pemantauan peredaran permen berformalin tersebut di sekolah-sekolah terutama tingkat SD maupun TK.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007