Beijing (ANTARA News) - Korban pertama dari 69 penambang batu bara di China tengah, yang terperangkap di bawah tanah akibat banjir selama lebih dari tiga hari, telah keluar dari terowongan pada Rabu disusul kawan-kawan sekerjanya tak lama kemudian, kata kantor berita Xinhua. Para penambang itu terperangkap di daerah penambangan Zhijian di desa Shan, provinsi Henan sejak Minggu malam ketika banjir dahsyat melewati sebuah terowongan tua. "Didukung oleh tim penyelamat, seorang korban pertama berjalan keluar dari pintu terowongan. Kemudian 68 korban lainnya menyusul satu per satu," kata Xinhua dalam laporan singkatnya. Sebuah pipa ventilasi yang masih utuh dan sebuah jalur telepon menjadi kunci penyelamatan bagi para penambang tersebut, yang telah merasa lemah dan kedinginan, kata media negara itu. Para penyelamat mengirimkan susu kepada para penambang melalui sebuah selang karet yang dipasang melewati pipa ventilasi itu, kata suratkabar tersebut. Para penambang pun meminumnya dengan memakai helm mereka. Lebih dari teman bekerja siang-malam untuk memompa keluar air dan memindahkan debu dan batu-batu yang memblokir suatu gang sepanjang 289 meter antara tempat para penambang berada dan pintu terowongan, kata Xinhua. Terdapat 102 penambang bekerja di sana saat peristiwa itu terjadi. Sebanyak 33 orang berhasil menyelamatkan diri. Pertambangan milik pemerintah telah menetapkan kapasitas produksi sebesar 210.000 ton batu bara per tahun, namun produksi sebenarnya adalah 300.000 ton per tahun, tulis Xinhua. Industri pertambangan batubara China adalah yang paling mematikan di dunia, di nama telah menewaskan 4.746 orang dalam ratusan ledakan, banjir, dan kecelakaan lainnya pada 2006. Melambungnya permintaan dan keuntungan mendorong para penambang untuk meningkatkan produksi dengan melewati batas keselamatan minim. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007