Dili (ANTARA News)- Pahlawan kemerdekaan Timor Leste Xanana Gusmao akan diangkat menjadi perdana menteri pekan ini dan akan membentuk satu pemerintah menyusul pemilu Juni lalu, kata Presiden Jose Ramos Horta, Senin. "Saya telah memutuskan untuk mengundang Aliansi Mayoritas Parlemen (APM) untuk membentuk pemerintah," kata Ramos Horta kepada wartawan, mengacu pada satu koalisi partai-partai yang dipimpin Xanana Gusmao. "AMP mengusulkan agar pemimpin Xanana Gusmao menjadi perdana menteri. Saya menyetujuinya," katanya dan menambahkan mantan presiden itu akan diangkat pada jabatan barunya itu, Rabu. Keputusan itu menimbulkan kemarahan mantan PM Mari Alkatiri, yang mengemukakan kepada wartawan di kediamannya sebelumnya bahwa ia sudah diberitahu tentang keputusan Ramos Horta itu. "Ini adalah sama sekali tidak sah dan bertentangan dengan konstitusi kita. Karena itu, pemerintah , dalam hal ini, tidak akan pernah memiliki kerjasama dengan Fretilin karena ini adalah satu pemerintahan yang ilegal," katanya. Fretilin, bekas partai yang berkuasa, meraih 21 kursi dalam pemilihan parlemen yang memiliki 65 kursi, tidak memiliki mayoritas mutlak yang diperlukakan untuk membentuk pemerintah. Tapi partai itu mengatakan bahwa karena pihaknya memiliki suara paling banyak, seharusnya diminta untuk memimpin dan akan mengundang partai-partai lain untuk membentuk satu pemerintah persatuan. Fretilin juga bersikeras bahwa aliansi yang dipimpin Xanana Gusmao harus dinyatakan tidak sah karena dibentuk setelah pemungutan suara dan tidak sebelumnya. Partai Xanana Gusmao, Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste meraih 18 kursi dalam pemilu 30 Juni tapi kemudian membentuk satu koalisi yang menguasai 37 kursi. Ramos Horta, peraih Hadiah Perdamaian Nobel, memiliki wewenang untuk memutuskan susunan pemerintah karena konstitusi tidak mengatur secara tegas tentang bagaimana untuk menyeleaikan masalah berdasarkan hasil seperti itu. Ia sebelumnya secara terbuka mendorong satu pemerintah persatuan. Pemilihan parlemen Juni lalu , pertama sejak Timor Leste merdeka tahun 2002 diharapkan membuka satu bab baru dalam demokrasi muda negara itu setelah lebih dari setahun dilanda ketegangan dan ketidaktentuan. Pada April dan Mei tahun lalu, kerusuhan terjadi di jalan-jalan ibukota Dili, ketika perang antar faksi di pasukan keamanan menewaskan paling tidak 37 orang dan memaksa pasukan penjaga perdamaian internasional dikirim ke negara itu untuk memulihkan keamanan, demikian dilaporkan AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007