Dili (ANTARA News) - Pasukan keamanan di Timor Leste menembakkan gas airmata, Selasa, untuk mengusir para pemrotes di sebuah kamp pengungsi yang marah atas pengangkatan pahlawan kemerdekaan Xanana Gusmao sebagai perdana menteri. Sekitar 100 pemuda dari kamp yang dihuni sebagian besar mereka yang pro Fretilin dekat bandara internasional melemparkan batu-batu ke mobil-mobil dan sebuah patroli sekitar 30 polisi nasional dan Malaysia yang dikirim untuk menghadapi mereka setelah mereka membakar ban-ban mobil di jalan-jalan, kata seorang wartawan AFP. Polisi melepaskan tembakan gas airmata ke arah kelompok itu, tetapi mereka terus meneriakkan yel-yel "Fretilin, Fretilin`" sambil melambai-lambaikan bendera-bendera partai itu dan melemparkan batu ke personel keamanan. Ratusan penonton menyaksikan konflik itu dari jauh. Tidak ada segera berita tentang aksi kekerasan di Dili, tempat terdapatnya barikade-barikade di jalan, setelah terjadi aksi pelemparan batu dan pembakaran ban menyusul pengumuman Presiden Jose Ramos Horta, Senin bahwa Xanana Gusmao akan memimpin pemerintah mendatang. Sebuah kantor bea cukai di Dili dibakar. Keputusan Ramos Horta itu membuat marah sejumlah pendukung musuh bebuyutan Xanana Gusmao, mantan PM Mari Alkatiri, yang menyatakan pemerintah baru itu "tidak sah" dan "tidak konstitusional." Fretilin, bekas partai yang berkuasa, hanya memiliki 21 kursi di parlemen Timor Leste yang beranggotakan 65 orang, sehingga tak meraih mayoritas mutlak yang diperlukan untuk memerintah. Xanana Gusmao yang memimpin Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CNRT), pemenang kedua terbesar. Partai itu sejak itu membentuk koalisi dengan partai-partai yang lebih kecil yang secara bersama menguasai 37 kursi. Pemilu Juni itu, pertama sejak Timor Leste merdeka tahun 2002, diperkirakan akan memperkuat kembali demokrasi muda negara itu setelah lebih dari setahun ketegangan dan kekacauan. Aksi kekerasan terjadi di jalan-jalan ibukota yang terletak di pinggir pantai itu April dan Mei tahun lalu, di mana baku tembak antara faksi-faksi pasukan keamanan menewaskan paling tidak 37 orang dan pasukan perdamaian internasional terpaksa dikirim untuk memulihkan keamanan. Alkatiri dipaksa mengundurkan diri sehubungan dengan aksi kekerasan itu. Ribuan polisi PBB dan pasukan perdamaian yang dipimpin Australia tetap melakukan patroli dan sekitar 100.000 orang -- sekitar 10 persen dari penduduk negara itu--masih tinggal di kamp-kamp pengungsi. Xanana Gusmao menurut rencana akan dilantik sebagai perdana menteri, Rabu. (*)

Copyright © ANTARA 2007