Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan penghargaan kepada empat kabupaten/kota yang berhasil menuntaskan buta huruf pada puncak peringatan Hari Aksara Internasional ke-53 di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu.

Anugerah itu diberikan kepada Kabupaten Deli Serdang; Kabupaten Pasuruan di Jawa Timur; Kabupaten Bogor di Jawa Barat; dan Kota Tegal di Jawa Tengah.

"Dalam sepuluh tahun terakhir ini, Indonesia patut bersyukur karena berhasil meningkatkan keaksaraan masyarakat secara signifikan," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam siaran pers kementerian yang diterima Antara di Jakarta, Sabtu.

Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), ia melanjutkan, Indonesia telah membuktikan keberhasilannya dengan mencapai prestasi melebihi target Pendidikan Untuk Semua (PUS) yang dideklarasikan di Dakar, Senegal.

Muhadjir mengemukakan sampai saat ini masih ada 11 provinsi yang persentase buta aksaranya masih di atas rata-rata nasional (2,07 persen).

"Tugas untuk mengentaskan buta aksara dan membebaskan bangsa ini dari kebutaaksaraan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Dengan terbebasnya bangsa ini dari buta aksara, maka kualitas sumber daya manusia akan semakin meningkat," katanya.

Pemerintah, ia menjelaskan, telah memberikan layanan program pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan di daerah terpadat buta aksara, daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), serta komunitas adat terpencil/khusus. Selain itu juga pemerintah memberikan layanan melalui program Kampung Literasi dan Desa Vokasi.

"Melalui program ini diharapkan dapat membentuk kawasan desa inisiator pengembangan budaya baca masyarakat dan terbentuknya kelompok-kelompok usaha yang memanfaatkan potensi sumber daya dan kearifan budaya lokal, lebih khusus di daerah-daerah 3T," kata Muhadjir.

Pada puncak peringatan Hari Aksara ke-53, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan juga memberikan penghargaan kepada 10 pegiat aksara, 22 tokoh adat pendukung pendidikan keaksaraan dasar di Komunitas Adat Terpencil/Khusus (KAT), enam pegiat perempuan bidang pendidikan kesetaraan, tiga peserta Pendidikan Keaksaraan Dasar, dan tiga peserta Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri.

Pengharaan juga diberikan kepada tiga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), tiga Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dan 10 Taman Baca Masyarakat (TBM) Kreatif-Rekreatif.

Peringatan Hari Aksara Internasional tahun 2018 mengangkat tema "Mengembangkan Keterampilan Literasi yang Berbudaya" dengan tujuan menginspirasi kesungguhan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan layanan pendidikan keaksaraan sebagai fondasi gerakan pemberdayaan masyarakat.

"Bukan sekedar penuntasan buta aksara semata, tetapi juga untuk menumbuhkembangkan keaksaraan dalam arti yang lebih luas," kata Muhadjir.

Keberaksaraan atau literasi menurut rumusan World Economic Forum (2016) merupakan kecakapan orang dewasa abad 21 yang meliputi baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, serta budaya dan kewargaan.

"Literasi dan Pengembangan Keterampilan menunjukkan bahwa keaksaraan bukan hanya sekadar prioritas pada aspek baca, tulis, hitung (calistung), tetapi juga pentingnya pengembangan keterampilan sebagai investasi yang sangat penting bagi masa depan dan kemajuan bangsa yang bermartabat," demikian Muhadjir Effendy.

Baca juga:
Angka buta aksara tersisa 2,07 persen

Desa-desa miskin kantong warga buta aksara

 

Pewarta: Indriani
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018