Jakarta (ANTARA News) - Gedung Putih akan mengadakan pertemuan pada hari Senin dalam upaya pemerintah Amerika Serikat untuk meningkatkan ilmu informasi kuantum, dengan pejabat administrasi, perusahaan terkemuka, termasuk Alphabet, IBM, JPMorgan Chase, dan pakar akademis, dilansir Reuters, Senin.

Komputer kuantum dapat beroperasi jutaan kali lebih cepat daripada superkomputer canggih saat ini. Para ahli mengatakan bahwa teknologi yang menjanjikan tersebut masih dalam tahap awal, dan dapat berdampak besar pada bidang kesehatan, komunikasi, layanan keuangan, transportasi, kecerdasan buatan, ramalan cuaca, dan area lainnya.

Teknologi ini membawa implikasi keamanan nasional yang besar karena komputer kuantum berpotensi merusak program keamanan internet tradisional atau kode lainnya.

Pertemuan itu diselenggarakan oleh departemen kebijakan sains dan teknologi Gedung Putih. Asisten direktur untuk ilmu informasi kuantum, Jake Taylor, mengatakan bahwa pemerintah berencana menerbitkan rencana pada hari Senin tentang cara memajukan teknologi generasi selanjutnya tersebut.

Pertemuan ini bertujuan untuk membawa para pemangku kepentingan bersama-sama dan "benar-benar mengembangkan rencana" untuk membantu membuat komputasi kuantum menjadi kenyataan dan mencari masukan tentang langkah-langkah tambahan apa yang dapat diambil pemerintah, kata Taylor.

Pertemuan tersebut akan dihadiri sejumlah pejabat antara lain dari Pentagon, Badan Keamanan Nasional, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, NASA dan departemen sumber daya energi, pertanian, keamanan dalam negeri, dan negara bagian.

Komputasi kuantum "akan memungkinkan kita untuk memprediksi dan meningkatkan reaksi kimia, material baru dan sifat mereka, serta memberikan pemahaman baru tentang ruangwaktu dan munculnya alam semesta kita," dan dapat direalisasikan dalam satu dekade, menurut memo Gedung Putih.

Pada 13 September, DPR AS menyetujui undang-undang tentang ilmu informasi kuantum untuk "menciptakan strategi kuantum nasional bersatu" yang akan mengesahkan pendanaan 1,3 miliar dolar AS hingga 2023, demikian Reuters.

 

Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2018