Jakarta (ANTARA News) - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional fokus menggenjot pasar ekspor karena pasarnya lebih besar dibandingkan di dalam negeri yang tingkat konsumsinya masih di bawah rata-rata konsumsi dunia. "Saat ini sekitar 70 persen produksi TPT nasional diekspor ke mancanegara, karena konsumsi di dalam negeri hanya sekitar empat kilogram per kapita per tahun," kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Benny Sutrisno, usai Indonesia Textille and Apparel Fair (ITAF) yang dibuka Wapres M Jusuf Kalla, di Jakarta, Kamis. Ia mengakui hal itu berbeda dengan negara produsen utama TPT yang menjadi pesaing Indonesia, yaitu Cina, yang sebagian besar atau 70 persen dari produksi TPT negara itu dikonsumsi di dalam negerinya. Sedangkan di Indonesia produksi TPT nasionalnya hanya sekitar 30 persen yang dipasok ke dalam negeri. "Konsumsi TPT di Cina sangat tinggi, karena mereka memakai pakaian panjang dan jas serta memiliki beberapa musim, sedangkan di Indonesia kebanyakan orang pakai baju tipis dengan sedikit kain, sehingga tingkat konsumsinya lebih rendah," ujarnya. Namun, ia optimis konsumsi TPT di dalam negeri akan terus meningkat, apalagi ada kecenderungan baru adanya penggunaan seragam untuk kelompok tertentu yang dibentuk masyarakat, misalnya kelompok arisan wanita, kelompok pengajian wanita, seragam kantor, dan lain-lain. "Jadi konsumsi TPT bisa didorong oleh munculnya kelompok-kelompok baru yang menggunakan seragam dan itu potensi pasar domestik yang besar bagi industri TPT nasional, karena tidak mungkin disentuh produk impor baik legal maupun illegal," katanya. Lebih jauh Benny menilai saat ini impor TPT illegal berkurang akibat pengawasan dan penegakan hukum yang kuat oleh Ditjen Bea Cukai. Ia optimis peningkatan pasar TPT menjelang Hari Raya Idul Fitri akan banyak dinikmati industri TPT nasional yang beberapa tahun lalu terganggu produk impor illegal. Tahun 2007 API menargetkan ekspor TPT nasional mencapai sekitar 10,4 miliar dolar AS atau naik dibandingkan tahun 2006 yang mencapai sekitar 9,6 miliar dolar AS. Menurut Benny, pada semester I 2007 nilai ekspor TPT nasional sudah mencapai sekitar 5,1 miliar dolar AS naik sekitar 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, namun dari sisi volume turun sekitar 1,1 persen. Direktur Industri TPT Depperin, Ariyanto Sagala, mengatakan saat ini tingkat konsumsi TPT di Indonesia mencapai sekitar lima kilogram per kapita per tahun, jauh di bawah rata-rata konsumsi TPT dunia yang mencapai rata-rata tujuh kilogram per kapita per tahun. "Saya menilai industri TPT tahun ini mampu tumbuh cukup baik, entah mengapa BPS masih mencatat industri tersebut tumbuh minus 1,5 persen pada semester I tahun ini," katanya. Sementara itu, Wapres M Jusuf Kalla pada pembukaan pameran mengatakan kalangan industri TPT tidak perlu khawatir industri tersebut akan tenggelam di Indonesia, karena TPT merupakan kebutuhan pokok masyarakat, sehingga pasar domestik yang besar bisa menjadi andalan industri tersebut. "Kita tidak perlu terlalu khawatir, karena tidak akan pernah orang hidup tanpa tekstil, tanpa pakaian, tidak pernah bisa," ujarnya. Ia menilai pasar Indonesia yang mencapai 240 juta orang bisa menjadi basis pasar industri TPT nasional, sehingga industri tersebut mampu berkembang dan memperluas pasarnya ke mancanegara dengan meningkatkan kualitas dan kreatifitas di bidang mode. Wapres meminta agar industri TPT nasional meningkatkan net ekspornya dari tujuh miliar dolar tahun lalu menjadi 8-10 miliar dolar tahun 2007 dan 2008. Pada 2006 berdasarkan data API ekspor TPT nasional mencapai sekitar 9,4 miliar dolar AS dengan impor TPT baik untuk bahan baku maupun produk jadi mencapai sekitar dua miliar dolar AS. Setiap tahun menurut Ketua Umum API Benny Sutrisno, rata-rata net ekspor TPT nasional di atas lima miliar dolar AS.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007