Surabaya (ANTARA News) - Sebanyak 23 pelukis Jawa Timur memperingati 100 tahun Affandi dengan mengadakan pameran lukisan bersama bertema, "Twenty fo(u)r Maestro" di Galeri Orasis, Surabaya mulai 11 hingga 18 September 2007. Kartika Affandi, puteri Affandi dalam jumpa pers di Surabaya, Senin mengemukakan bahwa dirinya bersama keluarga dan orang-orang yang menaruh perhatian pada dunia seni lukis terus berupaya untuk menghidupkan spirit Affandi. "Jangan sampai Affandi itu hanya pernah ada, tapi spiritinya tidak ada. Kami mencoba menghidupkan spirit dan menjaga agar obor kepelukisan Affandi tidak sampai mati," katanya didampingi Agus Koecink, salah seorang pelukis Jatim yang ikut dalam pameran. Menurut Kartika, lewat pameran yang mengetengahkan sejumlah karya yang bercerita tentang ayahnya itu merupakan salah satu upaya untuk menghidupkan semangat kesenimanan Affandi yang meninggal 23 Mei 1990 lalu. "Selain itu, kami sekeluarga juga berupaya untuk bisa melukis, termasuk anak-anak saya," kata perempuan kelahiran Jakarta, 27 Nopember 1934 itu. Ia mengaku senang dengan semangat pelukis Jawa Timur yang berani membuka sesuatu yang baru lewat karya-karyanya. Ia menunjuk karya Isa Ansori berjudul, "Establish,... Reestablish" yang tidak menampakkan wajah Affandi. "Tapi saya tahu bahwa itu lukisan tentang bapak saya dan saya bisa merasakan bahwa tangan yang merangkul di bahunya itu adalah tangan ibu saya. Saya heran juga, kok bisa melukis seperti itu," kata ibu dari delapan anak itu. Sementara Agus Koecink mengemukakan bahwa Affandi bukan sekedar perjalanan panjang dalam dunia seni rupa, tapi juga menjadi pemicu bagi seniman lukis lainnya untuk melakukan eksplorasi dalam setiap karyanya. "Pameran seperti ini juga merupakan bentuk dukungan untuk menjaga semangat Affandi dalam berkarya," kata pelukis muda itu. Sesuai temanya, seharusnya pameran itu diikuti 24 pelukis, namun satu orang tidak ikut. Peserta itu antara lain, Agung Tato, Agus Koecink, Badri, Elyezer, Ivan Haryanto, Watoni, Yon Wahyuono, Ydhi Sidharta, Romdlon, Isa Ansori Bambang AW dan lainnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007