Jakarta (ANTARA News) - PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) memastikan keberaniannya untuk menjadi perusahaan penerbangan pertama di Indonesia yang menggunakan pesawat buatan Cina, MA60. "Skim pendanaannya adalah murni tawaran soft loan (pinjaman lunak) dari Cina pada tahap awal untuk 20 pesawat MA60 senilai sekitar 20 juta dolar AS," kata Menneg PPN (Perencanaan dan Pembangunan Nasional)/Ketua Bappenas Paskah Suzeta menjawab pers di Jakarta, Senin. Sebelumnya, Menneg PPN/Ketua Bappenas bersama Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, Dirut Merpati Hotasi Nababan dan Duta Besar China untuk Indonesia Lan Li Chun menyaksikan penerbangan perdana MA60 di Bandara Juanda, Surabaya via teleconference. Merpati, menurut Pazkah, dalam skim pinjaman lunak itu bertindak atas nama pemerintah Indonesia sebagai pelaksana pinjaman (executing agency) yang dijamin oleh pemerintah. Menurut Pazkah, dalam skim tersebut ada kewajiban, pihak Cina melakukan perakitan pesawatnya di Indonesia. "Rencananya dengan PT DI (Dirgantara Indonesia). Mulai tahun depan sudah bisa dimulai secara bertahap," katanya. Pazkah tidak menyebutkan, berapa bunga dari pinjaman tersebut, termasuk masa pengembaliannya. "Yang jelas, secara teknis Merpati kita minta untuk memisahkan neraca keuangannya yakni khusus untuk kepentingan daerah perintis atau commuter," tambah Suzeta. Sementara, Dirut Merpati Hotasi Nababan membenarkan bahwa Merpati adalah pengguna pertama MA60 di Indonesia. Pesawat ini juga sudah familiar dipakai di beberapa negara benua Afrika. "Dibanding kelas sejenis seperti ATR series, MA60 1/3 lebih efisien. Kabinnya nyaman dan sangat fleksibel karena punya tangga sendiri dan mampu mendarat di landasan pendek sehingga cocok dengan geografis Indonesia," kata Hotasi. Ditanya soal nilai sewa pesawat, Hotasi tidak secara tegas menyebutkan angkanya. "Ini tidak kita bayar langsung, tetapi kita operasikan dan sewa sekaligus. Jadi, `operating lease` biasa," kata Hotasi. Namun, meski pesawat MA60 jelas-jelas dirakit di Cina, Merpati sendiri dalam press release-nya tidak secara tegas menyebut, pesawat ini dirakit di Cina. "Pesawat ini, 80 persen komponennya dari luar atau hanya 20 persen dari Cina. Dirakit di Cina," kata Hotasi. Dalam release itu hanya disebut, pesawat yang kemudian trade marknya menjadi Pesawat New Commuter Service (NCS) ini bermesin turbo propeller. Kapasitas angkutnya 56 penumpang dan dua mesin pesawat merek Pratt & Whitney 127 buatan Kanada dan baling-balingnya buatan Amerika Serikat (Hamilton Sundstrand) sehingga merupakan perpaduan teknologi Amerika dan Eropa. Pesawat NCS juga punya kemampuan terbang hingga 6.000 meter dari permukaan laut dan jarak tempuh mencapai 1.600 km. Saat ini, Merpati telah mengoperasikan dua MA60 buatan Cina dari rencana 15-20 pesawat. "Mestinya kalau 80 persen bukan dari Cina, dapat dirakit di sini. Kita kan punya PT DI yang juga sudah mampu buat atau merakit pesawat di kelas yang sama," kata Sekjen INACA, Tengku Burhanuddin di tempat yang sama. Pada tahap awal, mulai hari ini (10/9), MA60 Merpati akan melayani penerbangan dari Surabaya menuju Malang, kemudian diteruskan ke Banyuwangi, Banyuwangi-Denpasar dan sebaliknya. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007