Meskipun tanah sudah retak sebagai tanda-tanda akan terjadi longsor, tetapi tidak bisa dipastikan kapan akan terjadi longsor.
Jakarta (Antara) - Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan tidak ada kepastian kapan longsor akan terjadi meskipun sudah ada tanda-tanda akan terjadi longsor.

"Meskipun tanah sudah retak sebagai tanda-tanda akan terjadi longsor, tetapi tidak bisa dipastikan kapan akan terjadi longsor," kata Sutopo dihubungi di Jakarta, Kamis.

Sutopo mengatakan fenomena tanah retak yang tidak diikuti dengan kejadian longsor banyak terjadi di beberapa tempat.

Dia mencontohkan tanah retak mencapai ribuan meter di Desa Sumber, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri pada Desember 2016. Volume keretakan mencapai 1.200 meter dan lebar 30 centimeter dengan kedalaman rata-rata dua meter.

Hal serupa juga terjadi di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar dengan retakan mencapai 500 meter dengan bentuk tapal kuda pada November 2016.

Ada pula tanah bergerak dan retak di Kabupaten Trenggalek pada Desember 2016 dengan retakan 20 centimeter hingga 35 centimeter yang membahayakan warga di dua desa.

"Sebanyak 47 kepala keluarga di Desa Depok, Kecamatan Bendungan dan Desa Terbis, Kecamatan Panggul di Kabupaten Trenggalek mengungsi," katanya.

Meskipun awalnya warga bersedia mengungsi, tetapi karena longsor tidak juga terjadi, akhirnya mereka kembali ke rumahnya dan bekerja.

"Tidak mudah meminta masyarakat mengungsi dalam kurun waktu lama karena mereka memiliki rumah, pekerjaan atau lahan yang harus digarap," katanya.*


Baca juga: BNPB: daerah longsor Sukabumi seharusnya untuk konservasi

Baca juga: Jalur Kereta Pangrango Bogor-Sukabumi terdampak longsor di Maseng


 

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019