Jakarta (ANTARA News) - Mahasiswa Universitas Oxford asal Indonesia Sasza Chyntara Nabilla mengembangkan teknologi baru berupa material hydrogel yang bisa mengembang di dalam tubuh untuk mengobati penyakit pada usus yaitu penyakit chron.

Sasza dalam paparannya di Universitas Atmajaya Jakarta, Rabu, mengatakan penelitian tentang material hydrogel berasal dari masalah penyakit chron yang ditangani dengan memotong usus untuk menghilangkan sumber penyakit.

Penyakit chron merupakan penebalan dinding usus sehingga membuat bagian dalamnya menyempit dan menimbulkan benjolan. Beberapa pengobatan bisa dilakukan dengan obat, namun cara terakhir untuk mengobati penyakit tersebut dengan cara memotong usus.

Namun penyakit chron memiliki sifat seperti kanker sehingga penanganan dengan memangkas usus beberapa kali hingga menjadi pendek bisa mengakibatkan gejala-gejala lainnya pada tubuh seperti malnutrisi hingga kematian.

Sasza yang merupakan mahasiswa Fakultas Material Universitas Oxford tersebut melakukan riset dengan membuat material berupa hydrogel yang bisa mengembang dan menggantikan usus yang kian memendek.

"Material berasal dari hydrogel yang bisa mengembang dengan sendirinya ketika ada fluida atau air. Simpelnya nanti material akan membuat usus palsu," kata Sasza.

Pada prinsipnya, hydrogel dapat mengembang secara osmosis melalui cairan tubuh tanpa membutuhkan injeksi dari perangkat luar atau inflasi manual.

Pada sistem kerjanya, hydrogel akan diaplikasikan dan diimplan pada usus kecil.

Sasza menyebutkan material hydrogel berbentuk lebih seperti lensa kontak yang biasa diaplikasikan di mata seseorang.

Dia menerangkan material hydrogel hasil penelitiannya memiliki keuntungan lebih dibandingkan teknik memperpanjang usus dalam metode yang sudah ada sebelumnya.

Material hydrogel tersebut terbuat dari bahan yang mudah didapat, murah, proses pengembangan yang cepat dan tidak menyakitkan bagi tubuh, dan lebih stabil.

Metode yang sudah ada sebelumnya seperti yang menggunakan perangkat mekanik dengan cara menanamkannya pada usus dan menarik usus hingga memanjang membuat proses terasa menyakitkan.

Sementara metode lain yang hampir serupa seperti menggunakan silikon dinilai tidak stabil dalam pengembangannya yang sulit dikontrol.

Sasza yang merupakan lulusan Teknik Material dan Metalurgi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya tersebut akan melanjutkan penelitiannya pada tahap in vivo yaitu menguji coba pada babi.

Baca juga: Teknologi sel punca harapan dunia kedokteran
Baca juga: Presiden ingin dunia kedokteran kembangkan aplikasi modern
Baca juga: Deby: kedokteran anti aging Indonesia mampu bersaing

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019