Kediri (ANTARA News) - Puluhan personel Polres Kediri, Jawa Timur terpaksa menggiring warga di Kawasan Rawan Bencana (KRB) I Gunung Kelud untuk menuju ke tempat pengungsian di Balai Desa Tawang, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Jatim, Kamis malam. Hal itu dilakukan lantaran sejak dua hari terakhir ratusan warga yang tinggal di Desa Sugihwaras dan Desa Sempu, Kecamatan Ngancar menolak mengungsi karena Gunung Kelud yang dinyatakan status Awas (Level IV) tak kunjung meletus. "Pokoknya kami minta malam ini kawasan ini harus bebas dari warga," kata Insident Commander Satlak Penanggulangan Bencana Kabupaten Kediri, Letkol (Inf) Endy Servandi, di Balai Desa Sugihwaras. Setiap RT terdapat sebanyak dua hingga empat orang personel kepolisian bersenjatakan lengkap didampingi ketua RT menjemput warga di sudut-sudut gang. Setelah berkumpul di sudut-sudut gang, warga yang kebanyakan kalangan ibu, anak-anak, dan orang tua itu diangkut dengan truk milik TNI dan Polri ke tempat pengungsian di Balai Desa Tawang dan Lapangan Desa Segaran, Kecamatan Wates. Sebelumnya polisi telah berhasil mengevakuasi paksa juru kunci Gunung Kelud, Parjito (64) alias Mbah Ronggo dari rumahnya di Dusun Margomulyo, Desa Sugihwaras. Mbah Ronggo hanya pasrah saat diangkut dengan mobil patroli Polsek Ngancar meski beberapa jam sebelumnya tak berhasil dibujuk Kepala Polres Kediri AKBP Eky HF. "Saya hanya ingin menengok istri dan anak cucu saya di tempat pengungsian," katanya beberapa saat sebelum diboyong menuju Balai Desa Tawang, Kamis petang. Sayangnya meskipun Mbah Ronggo berhasil dievakuasi paksa oleh polisi, warga masih enggan mengungsi. Hal ini lantaran tidak banyak warga yang terpengaruh oleh sosok pria beristri dua itu, selain faktor trauma akibat kelaparan di tenda pengungsian. "Mbah Ronggo itu baru dua tahun ini dijadikan juru kunci setelah Dinas Pariwisata selalu mengajaknya upacara ritual di danau kawah. Dia bukan orang kepercayaan warga sini," kata Supani (45), warga Dusun Margomulyo. Oleh sebab itu sangat beralasan jika sebelumnya Mbah Ronggo menyatakan, tidak pernah memengaruhi warga untuk menolak mengungsi karena dia menyadari bukan orang yang dianggap keramat.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007