Jakarta (ANTARA News) - Maskapai penerbangan swasta nasional, Lion Air siap mengakuisisi sejumlah maskapai regional sebagai persiapan memasuki pasar bebas udara ASEAN mulai 2010. "Kami siap mengakuisisi salah satu maskapai di Thailand, termasuk juga di Vietnam dan Bangladesh. Setelah itu, Lion juga siap jajaki hal serupa di Malaysia," kata Manajer Humas PT Lion Mentari Airlines (Lion Air), Hasyim Arsal Alhabsy kepada pers di Jakarta, Rabu. Hasyim menjelaskan, langkah itu ditempuh adalah sesuai rencana bisnis perusahaan yang didahului dengan pemesanan 122 pesawat Boeing 737-900ER. "Untuk rencana ekspansi ini, kami menyiapkan ekuiti 50-100 juta dolar AS pada tahap awal untuk masing-masing negara, disamping modal lain seperti pesawat B737-900ER dan network yang luas," katanya. Lion adalah pengguna pertama di dunia jenis pesawat itu dan hingga 2014 adalah pengguna terbesar di dunia pesawat generasi terbaru untuk 737 series, produksi Boeing Company itu. "Tahap awal kami sudah pesan 100 pesawat dan penambahan 22 unit lainnya akan ditandatangani saat Malaysia Air Show, di Langkawi Malaysia pada 4 Desember 2007," kata Hasyim. Saat ini Lion Air sudah mengoperasikan lima pesawat B737-900ER dan dua pesawat lagi dijadwalkan segera bergabung hingga akhir tahun. Maskapai ini juga masih mengoperasikan 37 pesawat berbagai tipe mulai dari MD 82, MD 83, MD 90, B-737 300 dan 400. Data Departemen Perhubungan (Dephub) dan pada 2006, menyebutkan, Lion Air adalah maskapai pengangkut jumlah penumpang terbesar, baru setelah itu Garuda, AdamAir, dan lainnya. Hasyim menjelaskan, seiring kedatangan 122 pesawat senilai sekitar tujuh miliar dolar AS itu, tentu jika dioperasikan di Indonesia, akan membuat maskapai lain tertekan. "Untuk itu, kami tak ingin disebut jago kandang. Jika AirAsia Malaysia bisa masuk ke sini, mengapa maskapai Indonesia tidak bisa masuk ke mereka," kata Hasyim. Oleh karena itu, ketika BB 737-900ER sedikitnya 80 pesawat diterima Lion Air, maka 40 pesawat yang ada langsung didedikasikan untuk kepentingan regional. "Jadi, nantinya B 737-900ER registernya tidak hanya PK untuk di Indonesia, tetapi juga bisa diregister di Thailand atau negara tetangga lainnya," katanya. Sebanyak 122 pesawat itu dijadwalkan bergabung dengan armada Lion Air mulai tahun ini tujuh unit pesawat, 2008 (12 unit), 2009 (14 unit), 2010 (14 unit) dan 2011 sebanyak 24 unit, terakhir sisanya pada 2012. Hasyim mengakui, peluang mendirikan perusahaan baru dengan menggandeng partner lokal di negara itu juga berpeluang, tetapi akan lebih cepat bila mengakuisisi maskapai yang sudah ada. "Di Thailand yang paling memungkinkan adalah akuisisi dengan maksimal kepemilikan saham adalah 49 persen, di Vietnam lebih ketat, di Bangladesh kurang lebih sama dengan Thailand," katanya. Dia mentargetkan, kuartal pertama tahun depan, rencana akuisisi maskapai di Thailand tersebut akan tuntas, setelah itu negara lainnya seperti Vietnam, Malaysia, Bangladesh dan Filipina. "Upaya menjajaki (ekspansi) ke Malaysia, Vietnam dan Bangladesh akan dilakukan secara simultan," katanya. Hasyim menambahkan, setelah mengakuisisi sejumlah maskapai itu, maka nantinya di rute regional, tidak asing bila ada Thailand Lion Air, Bangladesh Lion Air, Vietnam Lion Air dan Malaysia Lion Air. Di bagian lain, Hasyim mengakui jika akuisisi tersebut berjalan sesuai rencana, khususnya ke Thailand maka secara tidak langsung, Lion Air akan menggarap kota-kota tujuan di timur tengah. "Maskapai yang akan kami akuisisi di Thailand memiliki hak terbang ke sejumlah negara di Timur Tengah seperti Jeddah, Arab Saudi, Abu Dhabi dan lainnya," katanya. Dia mengatakan, pasar Tenaga Kerja Indonesia dan perjalanan ibadah seperti umroh dan haji sangat besar. "Ribuan TKI selama ini ke Timur Tengah, 40-50 persen masih dilayani maskapai asing via Singapura dan Malaysia," katanya. "Jika Lion Air mampu menyediakan layanan penerbangan Jakarta-Jeddah via Thailand dengan harga tiket kompetitif, mangapa tidak?," tukas Hasyim. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007