Brisbane (ANTARA News) - Perdana Menteri John Howard berjanji akan memindahkan jenazah lima wartawan Australia yang tewas di Balibo, Timor Timur, tahun 1975, dari Indonesia ke Australia jika kubunya kembali menang dalam Pemilu 24 November 2007. Janji itu disampaikan Howard sehari setelah Pengadilan Glebe Coroners Negara Bagian New South Wales (NSW) menyimpulkan bahwa personil TNI merupakan pihak yang membunuh lima wartawan Australia yang kasusnya kemudian populer dengan sebutan "Balibo Five" itu. Howard seperti dikutip ABC, Sabtu, mengatakan, dia belum membicarakan temuan pengadilan Glebe Coroners NSW itu dengan pejabat Pemerintah Indonesia. Namun ia melihat kemungkinan pemindahan jenazah kelima wartawan itu dari Indonesia ke Australia jika kembali terpilih sebagai perdana menteri. Tapi ia mengaku belum menghubungi pejabat Indonesia mengenai rencana pemindahan tersebut. Ia mengatakan, pemindahan jenazah para wartawan "masuk akal" dan dia dapat memahami keinginan keluarga korban agar hal ini bisa dilakukan pemerintah. Menanggapi kesimpulan pengadilan Glebe Coroners NSW itu, Pemerintah Indonesia sudah sejak lama menganggap kasus "Balibo Five" selesai dan ditutup. "Posisi dasar kita adalah bahwa masalah (Balibo Five) itu sudah selesai dan sudah ditutup," kata Juru Bicara KBRI Canberra, Dino Kusnadi. Menurut Dino, kelima wartawan tersebut tewas di tengah baku tembak antara "sukarelawan Indonesia" dengan anggota Fretilin. Sementara Wakil Pengadilan Koroner NSW, Dorelle Pinch, mengungkapkan kejahatan perang telah terjadi dan pihaknya akan menyerahkan kasus ini kepada Jaksa Agung Pemeritah Federal Australia. Dia pun merekomendasikan Pemerintah Australia untuk memulangkan jenazah kelima wartawan dari kuburan mereka di Jakarta ke Australia. Terkait dengan kasus Balibo Five, mantan Perdana Menteri Australia, Gough Whitlam, yang memberikan keterangan di Pengadilan Glebe Coroners, Sydney, 8 Mei lalu, mengatakan, dia tidak pernah melihat adanya dokumen apa pun yang menunjukkan tentara Indonesia memerintahkan pembunuhan terhadap lima wartawan Australia itu. Mantan politisi yang ketika menjabat Perdana Menteri Australia satu bulan sebelum insiden itu terjadi, mengatakan ia telah mengingatkan kepada salah seorang dari lima wartawan tersebut bahwa pemerintah tidak punya cara melindungi mereka saat mereka di Timor Timur. Namun wartawan itu tetap saja pergi. Ia mengatakan, pertama kali mendengar kabar kematian kelima wartawan itu lima hari setelah kejadian ketika dia diberi tahu tentang "sebuah pesan militer Indonesia yang disadap" yang menyebutkan bahwa ada empat tubuh warga kulit putih di Balibo. Sejak insiden yang terjadi ketika aparat keamanan dan sukarelawan Indonesia masuk ke wilayah Timor Timur dalam proses integrasi wilayah itu ke dalam NKRI, masalah kematian lima wartawan Australia itu tetap diungkit.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007