Jakarta (ANTARA News) - Bisnis Voice over Internet Protocol (VoIP) dan 3G (third-generation technology) di Indonesia tidak menguntungkan, kata Pakar Teknologi Informasi Budi Rahardjo di Jakarta, kemarin. "VoIP, teknologi yang memungkinkan percakapan suara jarak jauh melalui media internet tampaknya merupakan teknologi masa depan, terkait semakin banyaknya orang yang terhubung dengan jaringan internet. Tetapi anggapan itu salah," kata Budi. Di Indonesia, VoIP ini bermasalah karena tidak jelasnya masalah regulasi yang mengakibatkan beberapa orang justru masuk penjara. Padahal di luar negeri, lanjut dia, inovasi VoIP, seperti yang dilakukan oleh Skype, menghasilkan dana investasi mengalir 18 juta dollar AS. "Ini sangat disayangkan karena akhirnya nanti kita akan dijajah oleh pelaku bisnis VoIP dari luar negeri. Saya berharap Depkominfo, khususnya Postel, mendengarkan ini," katanya. Menurut dia, selama regulasinya masih kacau, maka tidak ada orang yang berani melakukan inovasi bisnis VoIP dari dalam negeri, apa lagi kemungkinan untung masih belum terlihat. Ia juga melihat, penghasilan dari pelaku bisnis VoIP dari "traffic" lokal atau yang berasal dari Indonesia kecil, di mana penghasilan mereka sebetulnya berasal dari bisnis terminasi, yaitu membawa traffic dari luar negeri untuk disalurkan ke Indonesia. "Sayangnya bisnis terminasi ini sebetulnya merugikan kita sendiri, merugikan Indosat dan ada sedikit kerugian di PT Telkom. Pada prinsipnya bisnis terminasi ini adalah bisnis banting-bantingan harga sesama pelaku Indonesia. Yang rugi adalah kita sendiri. Kesimpulan saya, bisnis VoIP di Indonesia masih merugi," katanya. Seperti halnya bisnis VoIP, bisnis 3G, menurut Budi, juga merugi karena di Indonesia soal ini tidak berjalan baik. "Ada beberapa komponen yang dapat membuat sebuah bisnis telekomunikasi berhasil, salah satunya adalah aplikasi atau bisa juga disebut `content`. Sebutkan aplikasi 3G yang ada di operator selular saat ini? Tidak ada!" katanya. Aplikasi "video conferencing" atau "video call" yang disebut sebagai aplikasi yang bakal menghebohkan ternyata tidak ditanggapi antusias, seperti halnya aplikasi MMS yang tidak berhasil.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007