Bangkok (ANTARA News) - Setelah memuntahkan peluru terakhir, Maryono tampak menundukkan kepala. Terlihat tidak bersemangat, ia pun kemudian menyeka keringat dengan handuk berwarna putih. Tembakan terakhirnya hanya memperoleh nilai 8,7 sehingga ia hanya mengumpulkan total nilai 627, dan membuatnya tetap terpuruk di peringkat kedelapan dan delapan peserta babak final menembak nomor free pistol 50m putra di komplek olahraga Hua Mark Bangkok, Rabu. Dengan langkah gontai, ia pun menghampiri Ketua Umum PB Perbakin, Jusuf Manggabarani dan Ketua Bidang Pembinaan dan Perencanaan Bidang Target dan Berburu, Fahira Fahmi Idris yang duduk di barisan depan untuk memberi dukungan. Maryono yang sebelumnya memberi isyarat agar menunggu saat akan diwawancarai, kemudian tidak diketahui keberadaanya dan terkesan enggan untuk memberikan komentar. Dari sepuluh kali tembakan di babak final, Maryono yang berpangkat sersan dua dan sehari-hari bertugas di Rindam Jaya Jakarta itu, sempat mencatat nilai sepuluh sebanyak tiga kali. Namun pada dua tembakan lainnya, ia hanya mencatat nilai paling buruk, yaitu 7,8 dan 6,7 yang merupakan terburuk di antara delapan finalis. Medali emas diraih penembak Myanmar, Maung Kyu yang mencatat nilai total 656,8 yang berarti terpaut 29,1 angka dari nilai Maryono. Dua atlet tuan rumah Thailand harus puas dengan medali perak dan perunggu, yaitu Jakkrit Panichpatikum (652,7) dan Noppadon Sutiviruch (652). Mengomentari tertinggal jauhnya nilai Maryono, pelatih tim menembak Indonesia, Maolan mengakui bahwa untuk saat ini Indonesia yang masih mengandalkan wajah-wajah lama tidak bisa berbuat banyak menghadapi lawan yang mempunyai jenjang pembinaan berlapis. "Di saat negara-negara lain seperti Vietnam dan Thailand sudah mencanangkan target prestasi menuju Olimpiade, Indonesia masih berkutat dengan target di SEA Games," kata Maolan, memberikan ilustrasi mengenai tertinggalnya prestasi menembak Indonesia. Lebih jauh Maolan menjelaskan bahwa ajang SEA Games bagi negara kuat di Asia Tenggara tersebut hanyalah untuk atlet lapis kedua, sementara Indonesia sudah berusaha mati-matian merebut medali emas dengan mengandalkan atlet senior karena sistem regenerasi tidak berjalan mulus. Indonesia mengirim enam penembak ke SEA Games 2007 yang sebagian besar merupakan wajah lama, yaitu Maryono, Maxima Rizado, Bary Agustini Said, Inca Ferry Wihartanti, Yosheefin Shilla Prasasti dan Erlinawati. "Kita memang kalah kelas dibanding Myanmar, Vietnam dan Thailand. Habis bagaimana lagi, memang merekalah atlet terbaik yang masih kita miliki," katanya. Pembinaan berjenjang dan dukungan penuh dari pemerintah menurut Maolan merupakan kunci sukses ketiga negara tersebut di cabang menembak. "Disaat Indonesia terus berwacana mengenai dukungan pemerintah untuk mendukung pembinaan prestasi, negara lain seperti Vietnam sudah lebih dulu melakukannya dengan menjamin kesejahteraan atlet mereka sehingga atlet bisa fokus latihan," katanya menambahkan. (*)

Copyright © ANTARA 2007