Makassar (ANTARA News) - Orang tua salah seorang Anak Buah Kapal (ABK) MV Mezzanine, Ahmad Rivai (36) yang menjadi korban tenggelamnya kapal itu, yakni Syarifuddin Tengang dan Hj. St. Minasi Daeng Rannu, mendesak pemerintah Indonesia untuk meminta Taiwan agar tidak menghentikan proses pencarian ABK yang hingga saat ini belum ditemukan sejak kapal tersebut dihantam badai. "Kami minta agar pemerintah Indonesia benar-benar memperhatikan warganya yang hingga saat ini belum diketahui nasibnya itu dan berharap agar pencarian tim SAR Taiwan tidak dihentikan hingga anak kami ditemukan, entah dalam keadaan hidup atau telah tewas," jelas ayah Rivai di Makassar, Minggu. Kedua orang tua Rivai yang menetap di Desa Palajau, Arungkeke, Kabupaten Jeneponto, Sulsel, sekitar 100 km dari arah Kota Makassar ini, meninggalkan kampung halamannya menuju kota `anging mammiri` ini. Mereka berencana akan meminta bantuan Pemerintah Daerah Sulsel untuk turut memberikan desakan kepada pemerintah pusat agar Taiwan terus melakukan pencarian tanpa batas. Sebelum 10 hari keberangkatan Rivai ke Taiwan dengan menggunakan kapal pengangkut bijih besi ini, Syarifuddin mengaku tidak memiliki firasat apa-apa bahkan anak sulung dari tujuh bersaudara ini, meminta kepada ibunya untuk menghadiri acara akikah anaknya yang keempat di Jakarta sekembalinya dari Taiwan. Namun sayangnya, mereka merasa terkejut dan nyaris tidak percaya bila Chief Officer PT Citra Buana Bahari yang selama ini menjadi tumpuan bagi kedua orang tua dan saudara-saudaranya, menjadi salah seorang korban ABK yang hilang di perairan Taiwan sejak Selasa (27/11). Saat itu kata Syarifuddin, dia mendapat informasi dari istri Rivai, Lola yang menetap di Jakarta mengenai nasib anaknya yang tertimpa musibah di perairan Taiwan. Sejak saat itu, sejumlah keluarga/kerabat dan tetangga berdatangan ke rumah orang tua Rivai untuk memberikan dukungan serta mencari informasi lebih lanjut soal peristiwa nahas tersebut. Sementara itu, anak sulung Rivai, Ilham Ahmad (11) pun telah mengetahui bila ayahnya merupakan salah seorang korban ABK yang kini nasibnya belum diketahui itu. "Cepat pulang Pa, Bapak janji belikan komputer kalau sudah datang," jelas Ilham yang didampingi kakek dan neneknya dengan mata kemerah-merahan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007