Jakarta (ANTARA) - Meghan Markle, Duchess of Sussex, melahirkan anak pertamanya pada Senin (6/5), seorang bayi laki-laki yang berada di urutan ketujuh ahli waris tahta Inggris.

Keluarga kerajaan menyimpan rapat-rapat detail kelahiran dari bayi seberat 3,09 kilogram itu, meski banyak spekulasi tersebar, seperti rumor Meghan mempekerjakan doula (pendamping kelahiran) sampai rencana melahirkan di RS Frimley Park di Surrey.

Seperti apa kelahiran bayi kerajaan Inggris dari masa ke masa? Berikut penjelasan dari pakar sejarah kerajaan Inggris mengenai perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu, seperti dilansir Time.

Di mana bayi kerajaan dilahirkan?

Jawaban singkatnya, berdasarkan sejarah banyak bayi kerajaan yang lahir di kediaman dan istana, sama seperti lahir di rumah.

Ratu Victoria lahir di ruangan makan Kensington Palace pada 1819 karena tangga yang menghubungkan ruangan itu ke dapur praktis untuk mengantarkan kebutuhan, seperti air panas.

Putri Margaret jadi orang pertama yang lahir di Skotlandia pada 1600, tepatnya di Glamis Castle pada 1930.

Saudarinya, Ratu Elizabeth II, lahir di rumah nenek dari keluarga ibu di London, Earl and Countess of Strathmore pada 1926.

Pangeran Charles lahir pada 1948 di Istana Buckingham.

Putranya, Pangeran William, jadi penerus langsung tahta Inggris pertama yang lahir di rumah sakit pada 1982, adiknya Pangeran Harry menyusul pada 1984. Beberapa tahun terakhir, Pangeran William dan istrinya Kate Middleton juga memilih melahirkan di Lindo Wing, St. Mary's Hospital di London.

Di mana pun lokasi melahirkan, persiapan untuk bayi kerajaan selalu dimulai jauh sebelum si ibu melahirkan.

Sejak Dinasti Tudor, perempuan kerajaan menghilang dari pandangan publik beberapa pekan jelang melahirkan, sehingga mereka tak perlu memakai korset dan baju ketat yang harus dikenakan perempuan saat itu.

Waktu itu, melahirkan disebut juga seperti masa pengasingan. Sejarawan Carolyn Harris, penulis "Raising Royalty: 1000 Years of Royal Parenting", calon ibu seperti dipingit sebelum sebelum melahirkan.

Tradisi itu dimulai sejak nenek Henry VIII, Margaret Beaufort, yang ingin ruangan melahirkan hanya bisa diakses perempuan, diterangi lilin, hanya punya satu jendela kecil dan didekorasi dengan permadani indah.

Bayi kerajaan pertama yang lahir setelah sang ibu mengasingkan diri adalah kakak Henry VIII, Arthur Tudor, pada 1486.

Meghan Markle juga mengikuti tradisi itu. Setelah tampil pada Maret lalu di acara penghormatan untuk korban penembakan Selandia Baru, dia menghilang dari pandangan publik sejak pertengahan Maret.

Siapa yang membantu proses kelahiran?

Pada abad ke-17, kedatangan bidan dari Prancis dielu-elukan masyarakat karena menandakan Ratu Henrietta Maria akan segera melahirkan.

Syair pujian untuk bidan muncul di media populer pada 1630-an. Namun, meski kamar tidur kerajaan pada awalnya dikhususkan untuk perempuan saat masa pingitan, para bidan mulai bekerja dengan dokter laki-laki.

"Pada abad ke-18, ada perubahan dari bidan ke dokter laki-laki dalam proses melahirkan," kata Lucy Worsley, Kepala Kurator di Historic Royal Palaces dan penulis "Queen Victoria: Twenty-Four Days That Changed Her Life".

"Ironisnya, proses kelahiran kerap lebih berbahaya pada perempuan kerajaan," ujar dia.

Bidan yang berpengalaman dinilai kurang cocok secara sosial, dibandingkan para dokter laki-laki yang dinilai lebih berkelas, tapi "tidak terbiasa membantu proses melahirkan".

Sepupu Ratu Victoria, Putri Charlotte, meninggal pada 1817 akibat pendarahan usai persalinan setelah melahirkan bayi laki-laki yang tidak bernyawa.

"Dokter tidak memakai forsep terbaru," jelas Worsley, "dan ibu serta anaknya meninggal, jadi ada banyak kritik bahwa dokter terlalu hati-hati dalam proses persalinan."

Ratu Victoria sendiri tidak anti dalam mengadopsi kemajuan di dunia medis saat melahirkan anak kedelapan dan kesembilan.

Dokternya, John Snow, memberikan kloroform sebagai obat bius ketika dia melahirkan anak kedelapan, Pangeran Leopold. "Saat itu benar-benar kontroversial," kata Worsley.

Pada saat itu, para pendeta percaya bahwa wanita seharusnya melahirkan dengan rasa sakit, mengutip kitab Kejadian dalam Alkitab, di mana Tuhan memberi tahu Hawa bahwa “dalam kepedihan, engkau akan melahirkan anak-anak.”

Keputusan Ratu Victoria membuat penggunaan obat penghilang rasa sakit selama persalinan jadi populer, salah satu dari banyak contoh Ratu yang membentuk masyarakat di Inggris dan Amerika Serikat.

Siapa yang ada di ruangan saat melahirkan?

Meski melahirkan dianggap sebagai pengalaman personal saat ini, sebagian perempuan kerajaan harus melahirkan di hadapan publik.

Ada rumor bahwa istri Raja James II, Mary of Modena, melahirkan bayi yang tidak bernyawa, lalu mereka diam-diam menggantinya dengan bayi lain.

"Informasi salah ini jadi faktor besar yang memicu Revolusi Agung paada 1688," ujar Worsley, di mana James II digulingkan hanya beberapa tahun setelah bertahta.

Oleh karena itu, kelahiran bayi kerajaan, juga pemotongan tali pusar, harus disaksikan oleh beberapa menteri pemerintahan.

Dalam sebuah perkecualian, Ratu Victoria hanya mengizinkan segelintir orang di ruangan saat ia melahirkan, yakni suaminya Pangeran Albert, dokter dan pelayan perempuan, sementara para menteri berada di kamar sebelah.

Tradisi ini berlangsung hingga abad ke-20, terutama untuk bayi-bayi yang berada di urutan awal penerus tahta.

"Hingga kelahiran Pangeran Charles (pada 1948), Home Secretary harus hadir pada saat kelahiran penerus tahta," ujar Harris, "tapi sudah jelas Home Secretary tidak perlu hadir saat kelahiran penerus tahta setelah itu."

Apakah ayah dari bayi harus berada di ruangan? Semua tergantung preferensi pribadi. Pangeran Philip bermain squash ketika Ratu Elizabeth melahirkan Pangeran Charles, karena kondisi sosial saat itu tidak mewajibkan para ayah untuk mendampingi istrinya.

Saat ini, bakal sangat mengejutkan bila Pangeran Harry tidak berada di ruang melahirkan.

Ada satu aspek dari kelahiran bayi kerajaan yang tidak berubah: publik menantikan kabarnya, tak peduli seberapa besar Duke dan Duchess ingin menyimpannya rapat-rapat.

"Anggota kerajaan, secara historis, bukan individual pribadi, tapi properti publik," kata Worsley, "jadi tidak ada yang namanya privasi."

Baca juga: Tradisi unik untuk bayi-bayi di kerajaan Inggris

Baca juga: Inggris sambut kelahiran cicit kedelapan Ratu Elizabeth

Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019