Jakarta (ANTARA) - Berdasarkan survey, menu sarapan sehat pilihan masyarakat Indonesia jatuh pada kombinasi antara susu dan olahan telur.

Data tersebut diambil dari Survei Sarapan Sehati di Asia Pasifik 2019 dari Herbalife pada Maret 2019 pada 5.500 responden di 11 negara, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Australia, Hong Kong, Jepang, Korea, Singapura, Taiwan, Thailand dan Vietnam.

Meski demikian, gambaran sarapan ideal di kepala masyarakat Indonesia berbeda dengan praktik sehari-hari.

"Pada kenyataannya, kebanyakan orang Indonesia makan telur dan teh tiap pagi," kata Dokter Hamid Jan, pakar nutrisi Herbalife, di media briefing Wellness Tour 2019, Jakarta, Kamis.

Anggapan kombinasi susu dan telur sebagai sarapan ideal juga berlaku di Filipina, Thailand dan Vietnam.

Di Australia, sarapan sehat yang ideal adalah air mineral dan buah, sementara di Hong Kong paduan yang ideal adalah susu kedelan dan sereal.

Orang Jepang beranggapan susu dan roti panggang sebagai kombinasi sarapan ideal, sedangkan di Korea yang berlaku adalah nasi dan air. Di Singapura, responden mengatakan paduan teh dan oatmeal sebagai sarapan tersehat.

Responden dari Indonesia sebagian besar mengatakan faktor makanan sehat jadi pertimbangan utama dalam menentukan pilihan menu sarapan (77 persen). Sementara itu, 52 persen responden memilih rasa sebagai pertimbangan utama.

Faktor eksternal juga mempengaruhi gaya hidup sarapan sehat ini, seperti keluarga (78 persen), media (26 persen), teman (25 persen) dan pakar nutrisi (25 persen).

Meski demikian, mempraktikkan sarapan sehat setiap hari tak melulu berlangsung lancar. Kendala utama yang dirasakan adalah keterbatasan waktu (62 persen), enggan repot (31 persen) dan butuh banyak biaya (26 persen).

Hamid mengatakan hal itu bisa diatasi dengan membuat sarapan yang ringkas tapi penuh nutrisi, misalnya portein shake atau roti isi daging dan alpukat, yang bisa disantap tak cuma di meja makan, tapi juga dalam perjalanan.



Baca juga: Kapan waktu sarapan yang ideal?

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019