Semarang (ANTARA News) - Kantor berita masih tetap bisa eksis di era digital (internet), karena surat kabar dan media lain memang membutuhkan. Demikian disampaikan narasumber Prof. Oliver Boyd-Barret dari Bowling University, Ohio, AS, dalam diskusi interaktif bertajuk "Reposisi Kantor Berita di Era Digital" yang diselenggarakan Jurusan Ilmu Komunikasi Undip Semarang, PWI Jawa Tengah, dan LKBN ANTARA, di Semarang, Rabu. Dalam diskusi yang dibuka Ketua PWI Jateng, Sasongko Tedjo, itu Barrett mengatakan, dengan berlangganan informasi dari kantor berita, maka media bisa mengurangi biaya operasional untuk menempatkan wartawan di suatu daerah atau negara di mana kantor berita menempatkan wartawannya. Tetapi, Barrett yang juga akan menjadi narasumber dalam Sidang ke-13 Organisasi Kantor Berita Asia Pasifik (OANA) di Jakarta dengan tuan rumah LKBN ANTARA itu mengingatkan, satu syarat agar kantor berita tetap eksis, yakni dengan menyajikan isi berita yang bermutu, termasuk jenis berita investigasi. "Perbanyak konten berita berkualitas, masa depan LKBN ANTARA terletak pada kualitas konten. Perkuat identitas merek (brand) sebagai (perusahaan) pemasok berita," katanya. Untuk bisa mencapai tahapan tersebut, kantor berita, termasuk ANTARA, harus melakukan perubahan dan berani menghadapi kompetisi. Menurut dia, ANTARA juga harus berjuang menghilangkan ketergantungannya pada pemerintah hingga bisa mencukupi kebutuhan sendiri. Untuk itu, ANTARA harus berani berkompetisi dengan kantor-kantor berita lain di dunia. Menurut Boyd-Barrett, ANTARA jelas memiliki peluang untuk menghadapi persaingan tersebut. "Indonesia memiliki sumber daya manusia yang luar biasa, tetapi mengapa hingga kini penyediaan berita di dunia masih didominasi oleh Paris (AFP), New York (AP), London (Reuters), dan Jerman (DPA)? Itu tentu saja adalah sebuah tantangan tersendiri," katanya. Kehadiran sebuah kantor berita selain berkaitan dengan kebutuhan pemenuhan berita berskala nasional, juga membangun rasa kebangsaan. Salah satu caranya adalah melalui produk berita, dalam hal inilah ANTARA dituntut untuk memainkan peran utamanya. Kian berkurang Ketua PWI Jateng, Sasongko Tedjo dalam sambutan pembukaan diskusi mengemukakan, memasuki dunia informasi digital sebagian besar oplah media cetak mengalami penurunan. Kantor berita, kata Pemred Suara Merdeka Semarang itu, juga menghadapi tantangan serupa karena ketergantungan media terhadap pemasok berita makin berkurang seiring dengan merebaknya sumber informasi di internet. "Ketergantungan media terhadap pasokan kantor berita memang semakin berkurang, kecuali mungkin kepada kantor berita besar, seperti AFP, Reuters, dan AP," katanya. Mewakili Jurusan Ilmu Komunikasi, Pembantu Dekan IV Kushandayani mengatakan peran media dalam pembentukan sikap dan orientasi hidup para pembacanya relatif kuat. Ia memberi contoh, belakangan ini banyak orang tua yang punya kecenderungan mendorong anaknya di kemudian hari menjadi pesohor (selebriti), bukan mengarahkannya menjadi anak pintar atau cerdas. "Media sangat berperan dalam pergeseran nilai dan cara pandang hidup," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007