Nanning, China (ANTARA) - Indonesia menjadi juara seri perdana kejuaraan bulu tangkis beregu campuran dunia Piala Sudirman yang digelar di Jakarta pada 1989. Itu merupakan satu-satunya kemenangan mereka walaupun tercatat enam kali lolos ke final.

Piala Sudirman memiliki tinggi 80 cm dan terbuat dari perak yang dilapisi emas 22 karat memiliki bentuk menyerupai kok dengan replika Candi Borobudur di atasnya.

Perusahaan asal Bandung, Masterix, mendapat bayaran 15.000 dolar AS untuk membuat piala tersebut.

Sebanyak 15 gelar juara Piala Sudirman diraih oleh tiga negara yang berbeda yaitu China, Indonesia dan Korea.

China menjadi juara Piala Sudirman sebanyak 10 kali, Korea empat kali dan Indonesia satu kali.

China adalah tim tersukses dengan lolos ke final sebanyak 12 kali. Denmark dan Jepang adalah dua negara lainnya yang pernah mencapai partai final Piala Sudirman. Denmark melakukannya pada 1999 dan 2011 sedangkan Jepang hanya sekali pada 2015, demikian catatan laman resmi BWF Sudirman Cup.

Pada 2015, China menjuarai Piala Sudirman untuk keenam kalinya secara beruntun. Mereka memenangi keenam final tersebut dengan skor 3-0. Mereka juga menjuarai ajang tersebut pada 2005 tanpa mengalami kekalahan di turnamen.

Di 10 kali final yang berbuah gelar juara, China hanya mengalami tiga kekalahan pertandingan. Sementara di 12 partai final yang mereka ikuti, China hanya kalah di enam pertandingan.

Tunggal putra Lin Dan tercatat empat kali membela China di 6 partai final mereka dari 2005-2015 yaitu ketika turun di 2005, 2009, 2011 dan 2015. Dia memenangi setiap pertandingannya di final dua gim langsung.

Sementara itu Korea memenangi gelar keempat Piala Sudirman pada 2017 ketika mereka menghentikan rekor kemenangan enam kali beruntun China.

Nanning akan menjadi kota kelima di China, setelah Beijing, Guangzhou, Qingdao dan Dongguan, yang menggelar Piala Sudirman.


Baca juga: Mengintip peta kekuatan tim di Piala Sudirman 2019

Baca juga: Indonesia waspadai cuaca panas di Nanning










 

Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019