Jeddah (ANTARA News) - Kendati pelaksanaan ibadah haji tahun ini berlangsung sukses dari segi penyelenggaraan, namun peliputan dan kecepatan penyampaian informasinya oleh kalangan pers perlu lebih optimal, kata Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Tarman Azzam. Optimalisasi tersebut tentu saja dapat diharapkan meredam munculnya kesalahpahaman di tanah air, dan bahkan melawan layanan pesan singkat (Short Message Services/SMS) liar yang meresahkan serta sempat beredar di tanah suci, ujarnya Konsulat Jenderal RI Jeddah, Arab Saudi, dalam dialog interaktif Radio Republik Indonesia (RRI) yang dipandu oleh Direktur Utama (Dirut) RRI, Parni Hadi, Sabtu. Lebih mengejutkan lagi, SMS itu mengatasnamakan dari seorang kiai atau tokoh masyarakat. Hal semacam ini harus segera diluruskan. Namun, dalam pelaksanaan di lapangan pers terbentur masih lemahnya pihak berwenang dalam menanggapi setiap informasi yang muncul. Misalnya, ketika ada seorang jemaah meninggal di dalam bus yang disiarkan ada jemaah tewas karena terinjak-injak di Muzdalifah. Demikian juga di tempat pelemparan jumrah, dikabarkan ada jemaah meninggal juga karena terinjak. Padahal, peristiwa itu sama sekali tidak terjadi. Optimalisasi peran pers perlu, ujar Tarman. Peliputan di lapangan amat dibutuhkan, dan ia menilai bahwa hal tersebut dimaksudkan memberikan gambaran yang jelas tentang setiap persoalan kepada masyarakat di tanah air. "Keluarga jemaah di tanah air selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di tanah suci Makkah dan Madinah. Hasil liputan wartawan ditunggu-tunggu setiap saat," ujarnya. Menurut Tarman, untuk meningkatkan liputan haji dari tanah suci ada beberapa cara yang bisa dilakukan Departemen Agama. Misalnya, menggelar lomba karya tulis haji dan mendorong wartawan membuat karya jurnalistik lainnya. Sementara itu, Menteri AGama (Menag) yang juga Amirul Hajj, M. Maftuh Basyuni, mengatakan bahwa pihaknya sangat menghargai berbagai kritik dari masyarakat yang menyangkut pelaksanaan haji, termasuk dari kalangan pers. Namun, ia mengingatkan, harus dibedakan antara kritikan dan rasa kebencian. "Kritikan itu sangat membantu bagi peningkatan pelayanan jemaah haji," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007