Medan (ANTARA News) - Terjadi pergeseran nilai dan paradigma masyarakat mengenai ibadah haji, dari ibadah spiritual menjadi "ibadah entertain" untuk sekedar mencari ketenangan sesaat terhadap kondisi hati yang resah atas problema yang dihadapi. "Lebih parah lagi, ibadah haji banyak dijadikan sebagai upaya untuk meningkatkan status sosial di tengah masyarakat," kata pengamat sosial di Medan, Drs Ansari Yamamah, MA, kepada ANTARA News di Medan, Senin. Menurut dia, pada masa lalu ibadah haji benar-benar dijadikan sarana pembinaan mental dan spritual serta orang berangkat menunaikan ibadah itu dengan menggunakan rezeki halal yang benar-benar diperoleh melalui cucuran keringat. Sebelum berangkat, mereka menempa mental terlebih dulu untuk kelak bisa menyandang predikat haji dengan meninggalkan perbuatan yang dilarang agama. Dengan cara itu, setelah selesai pelaksanaan ibadah haji yang dihasilkan adalah "manusia pilihan" yang menjunjung tinggi nilai ketuhanan dan menghormati nilai kemanusiaan. "Tidak mengherankan jika mereka sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat," katanya. Tetapi sekarang, tambahnya, nilai ibadah haji kehilangan substansi karena tidak lagi dijadikan sebagai ibadah spritual untuk menempa keimanan. Ibadah haji, katanya, telah dijadikan pelarian untuk mendapatkan ketenangan. Meski ketenangan itu didapatkan, tetapi sifatnya hanya sesaat. Lebih riskan lagi, sambungnya, ibadah haji sering dijadikan komoditas politik dan sarana meningkatkan status sosial serta menomor-duakan proses pembinaan keimanannya. "Oleh karena itu tidak mengherankan meski seseorang telah berstatus haji, ia masih mau melakukan perbuatan yang dilarang agama seperti korupsi," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007