Kota Vatikan (ANTARA News) - Paus Benedictus XVI memimpin Misa tengah malam Natal pada Senin, dan menyerukan ummatnya mengikuti contoh yang diteladankan Mariam dengan membuat ruang di tempat tinggal mereka untuk Tuhan, dan untuk mereka yang kurang beruntung. Paus berusia 80 tahun itu mengatakan bahwa Natal menggambarkan kehadiran Yesus ke Bumi, dunia yang kurang terawat, termasuk di zaman modern sekarang ini, karena banyaknya manusia merusak lingkungan. Mariam menggunakan pakaian jubah untuk membungkus Jesus yang baru lahir, setelah dia dan Joseph tidak menemukan kamar di suatu penginapan, melambangkan kesediaannya untuk menerima Tuhan, kata Paus Benedictus. "Dalam beberapa cara, ummat manusia menanti Tuhan, menunggu untuk semakin dekat. Tetapi pada saat kesempatan itu datang, tidak ada kamar baginya," kata Paus saat menyampaikan kotbahnya di St. Peter Basilica. "Manusia sungguh asyik dengan dirinya sendiri ...tanpa menyisakan untuk yang lain - untuk tetangganya, untuk kaum papa, untuk Tuhan. Dan, orang-orang kaya menjadi lebih memenuhi semua kebutuhan mereka sendiri dan tidak ada ruang bagi yang lain," katanya. Mengutip tulisan Gregory dari Nyssa, uskup pada abad keempat yang melukiskan hubungan kelahiran Yesus di antara manusia, Benedictus bertanya: "Apa yang dia katakan jika dia bisa menyaksikan negara-negara di dunia sekarang ini, dengan penyalahgunaan energi dan sangat mementingkan diri sendiri serta melakukan eksplotasi dengan sembrono?" Dalam referensi lain terhadap manusia yang tidak menghargai lingkungannya, Paus Benedictus menyebutkan Anselm of Canterbury, pendeta pada abad pertengahan, yang dalam banyak ramalannya diantaranya menyebutkan suatu penglihatan dari apa yang disaksikan hari ini, dalam dunia yang penuh polusi yang sangat membahayakan bagi masa depan. Padanannya, tempat tinggal yang sempit - sebuah kandang, sebuah gua, reruntuhan istana - secara tradisional dilukiskan sebagai tempat kelahiran Yesus, yang mencerminkan penuh dosa, dunia yang tercemar, yang menurut keyakinan Kristiani, datang dari sorga, kata Paus. Kehadiran Yesus di dalam suasana yang demikian juga menjadi harapan bagi ummat manusia. "Sorga tidak semestinya mengikuti geografi ruang tetapi geografi kasih," kata Paus. Ia menimpali, "Dan, kasih Tuhan, dalam Malam yang suci, berhenti dan turun ke suatu tempat yang sempit, dan jika kami dekati dengan kerendahan hati, kemudian kita menyentuh surga." Mengenakan jubah berendakan emas, Paus Benedictus memimpin upacara, yang sebagian besar merupakan nyanyian pujian serta termasuk suatu prosesi anak-anak membawa bunga ke altar. Pada Senin paginya, Vatican membuka Lapangan St Peter yang menyimpan tempat kelahiran, suatu model dalam ukuran yang lebih besar yang melukiskan kelahiran Jesus di suatu tempat, yang dibuat menyerupai rumah Joseph di Nazareth. Di dalamnya, digambarkan sosok Mariam dan Joseph berkumpul di sekitar buaian Jesus, sementara itu di sisinya terdapat dua bangunan lebih kecil, yang melukiskan bengkel tukang kayu dan kedai minuman. Setahun yang lalu, dengan latar belakang berbagai tema gua palung, yang diserupakan dari tempat kelahiran Jesus di dekat Bethlehem. Berkaitan dengan perayaan Natal, pada tahun ini Vatikan berhiaskan pohon Natal cemara setinggi 23 meter berbentuk kerucut dari Val Badia, pegunungan Alpen timur-laut Italia, yang akan menghiasi lapangan tersebut sampai 2 Februari mendatang sebagai persembahan kepada Tuhan. Pada Senin malam sebelumnya, Paus Benedictus muncul di sebuah jendela tempat kediamannya untuk menyaksikan Lapangan St Peter yang berhiaskan lilin, yang melambangkan keinginan untuk mencapai perdamaian di dunia. Pada Selasa, Paus juga menyampaikan kotbah Hari Natal dan tradisi Urbe et Orbi, yakni pesan kepada kota-kota dan dunia. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007