Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengutuk pembunuhan atas mantan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto dan berharap kejadian itu tidak akan mencederai proses demokrasi di Pakistan. "Jelas beliau (Presiden) 'shock' dan mengutuk aksi teroris tersebut," kata Juru Bicara Kepresidenan Dino Patti Djalal kepada ANTARA News di Jakarta, Kamis malam. Ia menjelaskan, Kepala Negara berharap kejadian tersebut tidak akan mencederai proses demokrasi di Pakistan yang dewasa ini sedang labil apalagi menjelang pemilu 15 Januari 2008. Saat ini di masa pemerintahan Presiden Pervez Musharraf, ujar Dino, hubungan Indonesia dengan Pakistan terjalin baik, demikian juga ketika negara di bawah kepemimpinan pemerintahan sebelumnya tidak ada masalah. "Bukan untuk mencampuri urusan dalam negeri Pakistan, tetapi Indonesia sangat menghargai upaya rekonsiliasi yang sedang berlangsung di sana yang ditunjukkan dengan kembalinya Benazir Bhutto dan mantan PM Pakistan Nawaz Sharif ke negaranya, terkait penyelenggaraan Pemilu," katanya. Sekali lagi, ujar Dino, Presiden mengungkapkan bahwa tragedi ini merupakan pukulan besar terhadap transisi demokrasi. "Karena itu kita berharap situasi keamanan dapat terkendali dan berupaya semaksimal mungkin mencegah pertumpahan darah yang lebih besar di Pakistan dan dalam suasana politik yang diwarnai damai," kata Dino. Menurut dia, Presiden Yudhoyono malam ini akan memberikan keterangan resmi dari pemerintah Indonesia setelah memanggil Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007