Jakarta (ANTARA News) - Pengamat Politik Internasional Universitas Indonesia Bantarto Bandoro mengatakan tragedi terbunuhnya pimpinan oposisi Pakistan Benazir Bhutto akan memicu krisis politik yang makin berkepanjangan di negara tersebut. "Ini adalah awal dari permasalahan politik serius di Pakistan. Dari waktu ke waktu kita lihat ada banyak ketidakadilan di negeri itu," katanya, ketika dihubungi ANTARA News di Jakarta, Kamis malam. Benazir Bhutto tewas dalam sebuah serangan senjata dan bom bunuh diri yang terjadi saat aksi unjuk rasa di kota Rawalpindi, Kamis. Bhutto (54) meninggal di rumah sakit di Rawalpindi. Televisi Ary-One mengatakan ia tertembak di bagian kepala. Polisi mengatakan seorang pelaku bom bunuh diri melepaskan sejumlah tembakan kepada Bhutto saat ia meninggalkan tempat unjuk rasa di sebuah lapangan. Selanjutnya pelaku bom bunuh diri tersebut meledakkan dirinya. "Goncangan politik di Pakistan akan semakin dalam. Pakistan akan menggelar pemilihan parlemen, tragedi ini akan berdampak pada psikologis pemilih," ujarnya. Menurut Bantarto, tewasnya Benazir bukti dari kelalaian rezim militer di Pakistan. "Bhutto telah dua kali mendapatkan ancaman pembunuhan. Ini tidak dapat lepas dari tanggung jawab rezim militer," katanya. Sebelumnya, pada Oktober 2007, sedikitnya 124 orang tewas dan ratusan lebih lainnya luka-luka, saat dua bom yang ditargetkan kepada kendaraan yang membawa Bhutto di Karachi, Pakistan selatan, meledak beberapa jam setelah dia kembali dari delapan tahun hidup di pengasingan, sedangkan dia sendiri lolos dari maut. Selain akan menimbulkan krisis politik di Pakistan, tewasnya Bhutto juga akan mempengaruhi situasi politik di Asia Selatan. "Pakistan menjadi salah satu pusat perhatian masyarakat internasional dalam memerangi terorisme. Tewasnya Bhutto bukti bahwa aksi terorisme tidak dapat diprediksikan," katanya. Bhutto menjadi perdana menteri wanita pertama di dunia Muslim ketika ia terpilih pada 1988 pada usia 35 tahun. Ia dipecat pada 1990, terpilih kembali pada 1993, dan dipecat lagi pada 1996 di tengah tuduhan korupsi dan salah urus. Ayah Bhutto, Zulfikar Ali Bhutto, adalah perdana menteri terpilih pertama Pakistan yang terkenal. Ia dieksekusi pada 1979 setelah digulingkan dalam satu kudeta militer. Bantarto mengatakan kehadiran Benazir Bhutto memberikan ancaman bagi kelompok perlawanan. "Hadirnya Bhutto di Pakistan merupakan ancaman bagi kelompok perlawanan di sana. Kalau Bhutto tampil maka demokrasi akan bangkit kembali, ini yang tidak disukai kelompok perlawanan," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007