PBB (ANTARA News) - Dewan Keamanan PBB mengecam pembunuhan pemimpin oposisi Pakistan Benazir Bhutto, Kamis, sebagai "aksi terorisme yang kejam" dan meminta pada semua rakyat Pakistan untuk melakukan pengekangan diri. Sekjen PBB Ban Ki-moon secara terpisah mengutuk pembunuhan di kota Rawalpindi itu sebagai "serangan terhadap stabilitas" di Pakistan. "Dewan Keamanan mengutuk dalam ucapan paling keras serangan bunuh diri teroris oleh ekstrimis," kata pernyataan resmi yang dibacakan oleh Duta Besar Italia Marcello Spatafora, presiden Dewan sekarang ini, pada pertemuan yang diadakan secara khusus. "Dewan Keamanan menyampaikan penghormatan pada mantan perdana menteri Bhutto. Dewan Keamanan minta pada semua warga Pakistan agar melakukan pengekangan dan mempertahankan stabilitas di negara itu." Pernyataan oleh Dewan yang memiliki 15 anggota itu minta "penyerang, penyelenggara, penyandang dana dan sponsor aksi terorisme yang patut dicela tersebut" dibawa ke pengadilan. Pernyataan Ban mengatakan ia terkejut dan sakit hati akibat pembunuhan itu, yang "mencerminkan serangan terhadap stabilitas di Pakistan dan proses demokratisnya". Ban menghadiri pertemuan Dewan, meskipun ia tidak biasanya melakukan hal demikian. Bhutto tewas dalam serangan senjata dan bom saat meninggalkan kampanye pemilihan di Rawalpindi. "Ini masalah yang menuntut semua warga Pakistan untuk melakukan pengekangan dan terus bekerja untuk stabilitas negara itu," Spatafora mengatakan setelah pertemuan Dewan. "Ini masalah yang penting sekarang -- bukan yang menguntungkan orang yang mendalangi, melakukan tindakan itu." Zalmay Khalilzad, duta besar AS untuk PBB yang kelahiran Afghanistan, mengatakan ia "terkejut dan sangat sedih" karena kematian Bhutto, yang ia lukiskan sebagai seorang teman dan sebagai "tokoh penting dan berani". "Dunia memiliki banyak pertaruhan dalam keberhasian lembaga demokratis di Pakistan," katanya dalam satu pernyataan. "Penghormatan pada kenangannya (Bhutto) akan menjadi demokrasi yang kekal di Pakistan." Wakil tetap Pakistan di PBB, Farukh Amil, mengatakan terlalu dini untuk mengatakan siapa yang telah melakukan serangan itu, tapi menambahkan: "Pemerintah Pakistan tetap benar-benar mengikatkan diri untuk memerangi terorisme dalam semua bentuknya." Selain badan bantuan, kehadiran PBB di Pakistan hanya tim kecil pengamat militer, yang sekarang ini bertahan 44 orang, yang mengawasi perbatasan negara itu dengan India sejak 1949. Badan dunia itu sebagian besar menghindari komentar mengenai peristiwa politik yang bergolak di Pakistan dalam beberapa bulan belakangan ini. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007