Surabaya (ANTARA News) - Sejumlah pelatih yang sukses mengantarkan atletnya merebut medali emas pada SEA Games XXIV/2007 di Thailand menyatakan kecewa dengan sikap Menpora Adhyaksa Dault yang dinilai tidak menghargai kerja keras mereka, terutama dalam soal penghargaan dan bonus. Pelatih panahan Denny Trisyanto dan pelatih loncat indah AR Shodiqin yang ditemui wartawan di Surabaya, Senin, mengungkapkan rasa kecewanya dengan kecilnya bonus yang diterima pelatih dibanding atlet peraih emas. Ditemui usai menghadiri penyerahan bonus dari KONI Jatim kepada atlet peraih medali SEA Games, Denny mengatakan pelatih SEA Games hanya diberi bonus sebesar Rp25 juta, sementara atlet mereka yang merebut emas mendapatkan Rp200 juta per keping. "Apa yang pernah dijanjikan Menpora sangat bertolak belakang. Beberapa waktu sebelumnya, Menpora pernah menjanjikan bonus Rp100 juta plus rumah, kemudian dinaikkan jadi Rp200 juta untuk peraih emas. Tapi realisasinya tidak sesuai harapan," kata Denny. "Ini sudah pelecehan profesi terhadap kami sebagai pelatih. Saya sendiri tidak mengambil bonus itu, karena kalau diambil, berarti saya mendukung sikap Menpora," tegas pelatih panahan nomor compound asal Jatim ini. Denny Trisyanto sebenarnya tidak mempermasalahkan besaran bonus. Namun, dia menuntut konsistensi sikap pemerintah agar tidak mudah mengubah kebijakan. "Masak pemerintah pusat kalah sama daerah yang menghargai kerja keras pelatih sama dengan atletnya," tambah Denny. Yang membuat sejumlah pelatih kecewa, jumlah bonus yang diberikan sangat jauh berbeda dibanding atlet. Apalagi, jika atlet itu merebut lebih dari satu medali emas, maka bonusnya juga dilipatgandakan. Pelatih loncat indah, AR Shodiqin juga mengaku tidak mengambil bonus dari pemerintah karena nilainya tidak sesuai dengan komitmen yang diumumkan sejak awal. "Saya juga tidak mengambil bonus itu," katanya. Menurut dia, pemerintah seharusnya tidak mudah mengobral janji, kalau memang kenyataannya sulit merealisasikan. Apalagi, banyak pelatih yang berharap sangat tinggi pada janji pemerintah tersebut. Soal kemungkinan sikapnya akan berdampak pada masa depannya sebagai pelatih pelatnas, baik Denny Trisyanto maupun Shodiqin menyatakan siap menanggung segala resiko. Selain keduanya, sejumlah pelatih asal Jatim yang menangani pelatnas dan atletnya sukses merebut medali, juga tidak bersedia mengambil bonus tersebut dengan alasan yang sama.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008