Kuala Tanjung, Sumut (ANTARA News) - Perusahaan patungan Indonesia dan Jepang, PT Inalum, pada 11 Januari 2008 mencapai akumulasi produksi batangan aluminium (ingot) sebanyak lima juta ton, suatu prestasi yang menakjubkan dalam sejarah industri ini. Prestasi itu adalah tonggak sejarah dalam keberhasilan operasi Inalum dalam usia hampir setengah abad hubungan persahabatan antara Indonesia dan Jepang, kata Presiden Direktur PT Inalum, K.Shiomi dalam suatu keterangannya di Kuala Tanjung, Sumut, Rabu. Menurut dia, Inalum satu-satunya peleburan aluminium di Asia Tenggara yang berdiri tahun 1976 dalam bentuk perusahaan patungan antara Indonesia dan konsorsium Jepang dengan kapasitas desain sebanyak 225 ribu ton per tahun. Direktur Produksi Inalum, Nur Amin Setiawan, mengatakan sejak dimulainya produksi tahun 1982, pada 1988 Inalum telah mencapai produksi satu juta ton, tahun 1993 sebanyak dua juta ton, tahun 1997 tiga juta ton dan pada Desember 2003 sebanyak empat juta ton. Keberhasilan itu, menurut Direktur Umum dan SDM Inalum, Nasril Kamaruddin, berkat kerja keras 2.000 lebih karyawan langsung dan 1.000 lebih karyawan tidak langsung serta dukungan masyarakat sekitar pabrik di Kuala Tanjung, Batu Bara dan sekitar PLTA Sigura-gura dan Tangga, Toba Samosir, relasi bisnis dan masyarakat Sumut. Menurut dia, dalam usia Inalum yang sudah mencapai 32 tahun pada 6 Januari 2008 sebahagian besar karyawan yang terlibat dalam operasional perusahaan adalah putra Indonesia yang berarti alih teknologi di Inalum telah berlangsung dengan baik. Namun demikian, rekor yang menakjubkan itu tidak mungkin diraih tanpa adanya dukungan kuat dari pihak-pihak terkait terutama para pemegang saham, pemerintah Indonesia dan Jepang serta relasi bisnis dan dukungan masyarakat sekitar, tambah Presiden Direktur Inalum, K.Shiomi didampingi, Deputy General Manager Umum dan SDM, Deddy P Tampubolon dan Humasnya, SS Sijabat. Sementara itu Direktur Bisnis Inalum, Hasrul Hasan mengatakan, aluminium batangan yang di produksi Inalum itu sebagian besar di ekspor dan sebagian lagi untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri yang cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Mengenai harga ingot di pasar dalam dan luar negeri, ia menyatakan cukup cerah dan prospek masa depannya juga cukup baik, akan tetapi ia menolak berapa harga ril yang dimaksudkan dengan alasan angkanya bersifat komulatif karena harga aluminium juga berfluktuasi.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008