Bogor (ANTARA News) - Kacang komak (Lablab purpureus, L sweet) berpotensi untuk dijadikan pangan alternatif pengganti kedelai yang saat ini harganya melambung, dengan kandungan gizi tidak jauh berbeda dan harga lebih murah. "Penampilan kacang komak tidak berbeda jauh dengan kedelai. Bahkan dibandingkan kedelai lokal, tekstur kacang komak lebih lembut," kata peneliti di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), Ir Arif Hartoyo, MSi di Bogor, Kamis. "Produktivitas kacang komak berkisar 6-10 ton per hektar, jauh lebih tinggi dibandingkan kedelai yang rata-rata hanya 1,3 ton per hektar," tambahnya. Tingginya produktivitas kacang komak tersebut dikarenakan komoditas ini merupakan tanaman tropis sedangkan kedelai merupakan tanaman subtropis. "Produktivitas kedelai, kalau pun digenjot tidak akan jauh dari angka 2-3 ton per hektar," katanya. Peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan tersebut sudah mencoba kacang komak untuk pembuatan tahu. Hasilnya tahu lebih lembut, namun rasanya sedikit "langu" (kurang sedap). Namun, untuk menghilangkan rasa "langu" itu, kacang komak bisa diberi perlakuan pemanasan atau dengan sedikit pemberian rasa, katanya. Sebagai bahan pembuatan tahu, bisa digunakan komposisi 20 persen komak dan 80 persen kedelai supaya tahu tidak mudah hancur. Sedangkan untuk tempe, bisa digunakan 100 persen kacang komak. "Dari segi kandungan gizi, protein pada kedelai masih lebih tinggi. Namun kacang komak justru mempunyai kelebihan karena terbukti mampu menurunkan kadar kolesterol dan gula darah," katanya. Menurut dia, aplikasi kacang komak untuk pangan diantaranya untuk pembuatan tahu, tempe, kecap, tepung komposit, konsentrat atau isolat protein, serta bahan pangan fungsional. Kacang komak bisa ditanam di lahan marjinal sehingga tidak membutuhkan banyak input produksi seperti pupuk dan air, serta lebih tahan hama. Penanaman kacang komak pada lahan marjinal justru akan memperbaiki struktur tanah karena akar tanaman ini mengikat unsur Nitrogen. Saat ini kacang komak banyak ditanam di daerah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB), meski hanya sebagai tanaman tumpangsari. "Belum ada penanaman dalam skala luas. Namun untuk tumpangsari saja, produksi kacang komak bisa mencapai 1,5 ton per hektar," kata Arif Hartoyo. Selama ini masyarakat banyak memanfaatkan kacang komak untuk sayur. Di NTB masyarakat sejak dulu sudah mengkonsumsi tempe dari bahan kacang komak. Sedangkan di China, komoditas ini dimanfaatkan sebagai campuran obat kuat karena mengandung zat aprodisiak. Harga kacang komak saat ini Rp3.000 per kg, sementara harga kedelai telah mencapai Rp8.200 per kg. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008