Jakarta (ANTARA News) - Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) memperkirakan produksi kedelai pada 2008 dapat meningkat hingga 200 ribu ton menjadi sekitar 800 ribu ton dari saat ini hanya 600 ribu ton. Ketua Badan Pertimbangan Organisasi HKTI Siswono Yudhohusodo di Jakarta, Kamis, menyatakan, peningkatan produksi kedelai dalam negeri tersebut dipicu membaiknya harga komoditas pangan itu saat ini. "Saya optimis produksi kedelai tahun ini akan naik 200 ribu ton. Tapi itu bukan karena keberhasilan program pemerintah sebaliknya sebagai dampak harga yang bagus saat ini," katanya usai rencana kegiatan Kampanye Peningkatan Gizi Makanan Rakyat. Siswono mengatakan, Indonesia sebenarnya pernah swasembada kedelai pada 1992 dengan produksi nasional mencapai 1,8 juta ton namun karena tidak ada perhatian dari pemerintah untuk mengamankan harganya, maka produksinya terus menurun dari tahun ke tahun. Kondisi tersebut, tambahnya, diperparah dengan masuknya kedelai impor dari AS yang bebas bea masuk sehingga kedelai petani semakin terpuruk karena tak mampu bersaing lagi. Pada 1999, menurut dia, harga kedelai dalam negeri sebesar Rp2.300/kg sementara kedelai dari AS masuk ke Indonesia dengan bea masuk impor nol persen sehingga bisa dijual sebesar Rp1.700/kg. Dikatakannya, pada 1992 luas lahan pertanaman kedelai di tanah air mencapai 1,4 juta ha dengan produksi 1,8 juta ha namun saat ini hanya 600 ribu ha dengan produksi 600 ribu ton. "Oleh karena itu, membaiknya harga kedelai saat ini merupakan saat yang tepat untuk kembali meningkatkan kedelai dalam negeri," katanya. Salah satu upaya yang bisa dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri yakni dengan melakukan perluasan lahan pertanaman komoditas pangan tersebut. Sementara itu, Siswono juga mengungkapkan, kenaikan harga sejumlah bahan pangan yang merupakan sumber protein seperti tempe, tahu, telur dan susu saat ini berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gizi buruk. "Ketika harga pangan murah saja, jumlah penderita gizi buruk di Indonesia banyak apalagi saat ini saat harga pangan melonjak," katanya. Hal ini, tambahnya, merupakan peringatan bagi pemerintah untuk memperhatikan tingkat kecukupan gizi masyarakat, karena jika kondisi tersebut dibiarkan, maka dalam jangka panjang akan menghasilkan generasi yang pertumbuhan fisik maupun kecerdasannya buruk. Konsumsi protein hewani yang terdapat dalam susu, daging, telur dan ikan per kapita per tahun rakyat Indonesia perlu segera ditingkatkan karena sangat menentukan kualitas pertumbuhan fisik dan kecerdasan bangsa. Menurut dia, Indonesia memiliki sumber karbohidrat dan protein yang sangat beragam dan sangat banyak yang dapat dimanfaatkan untuk pangan rakyat. "Diversifikasi pangan sesuai kekayaan alam lokal perlu menjadi kebijakan pemerintah dan merupakan bagian sangat penting dari strategi pangan," katanya. Terkait dengan tingkat gizi yang buruk di masyarakat, HKTI berencana melakukan kampanye peningkatan gizi makanan rakyat sekaligus peringatan Hari Gizi ke 51. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008