Kuala Lumpur (ANTARA News) - Malaysia berutang budi kepada Soeharto yang berperan menghentikan konfrontasi dengan Malaysia setelah jenderal besar itu menjadi presiden Indonesia, kata mantan PM Malaysia Dr Mahathir Mohamad, Minggu. Sebagai balas jasanya kepada Soeharto, mantan PM Malaysia mengatakan, "Kami melihat dia sebagai pemimpin besar dan sebagai kepala negara internasional. Bagi saya, beliau adalah personal yang baik. Saya tahu dia dan saya telah bekerja sama dengan dia untuk waktu yang lama". "Saya menghargai dia sebagai kawan Malaysia dan sebagai kawan pribadi," kata Mahathir di rumahnya di kawasan Sri Kembangan seperti dikutip Bernama. "Apa yang paling berharga dari Malaysia adalah saat-saat berakhirnya perang konfrontasi yang dipicu oleh Presiden Soekarno dan diselesaikan dengan damai oleh Soeharto. Ada banyak keinginan baik, hasrat yang mulia untuk hentikan konfrontasi. Soeharto menghargai hubungan baik dengan Malaysia," katanya. Mahathir mengatakan, Omong kosong tuduhan pers Barat kepada Soeharto karena telah melakukan pembunuhan terhadap hampir 500.000 rakyat Indonesia setelah berkuasa dan menggagalkan kudeta komunis 30 September 1965. "Saya tahu ini berdasarkan fakta. Saya tahu apa yang terjadi. Indonesia saat itu merupakan negara anarki kemudian tidak ada yang berkuasa. Pada saat itu, dia belum menjadi presiden. Dia tidak perintahkan pembunuhan," katanya. Mantan orang nomor satu ini mengatakan rakyat seharusnya tidak melupakan peranan Amerika Serikat selama periode konfrontasi antara 1962 dan 1966 karena mendukung tentara Indonesia menjatuhkan Soekarno yang menentang Barat pada masa itu. "Barat juga perlu bertanggung jawab atas setiap kekerasan yang terjadi ketika pergantian kekuasaan di Indonesia. Orang seharusnya tidak begitu saja menyalahkan Presiden Soeharto sebagai orang yang bertanggung jawab atas pembunuhan 500.000 orang sebagaimana dituduhkan pers Barat," kata Mahathir yang sempat menengok Soeharto saat dirawat di RSPP Jakarta baru-baru ini. Justru pulihkan Mahathir menambahkan justru Soeharto yang memulihkan hukum dan kekuasaan pada saat itu. Dr Mahathir menilai Soeharto telah memainkan peran besar dalam pembangunan Indonesia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dan populasi 200 juta penduduk. "Bahkan ada pemikiran Indonesia tidak menjalankan demokrasi sejati di era Soeharto, kenyataannya hal itu membawa stabilitas kepada Indonesia. Sudah tentu ada harga yang harus dibayar," katanya seraya mengakui mungkin ada yang menderita di bawah pemerintahan Soeharto. Penderitaan akan lebih buruk jika Soeharto tidak mampu mengatasi anarki dan kekacauan hukum dan pemerintahan di negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia. Dr Mahathir mengatakan tidak bisa komunikasi dengan Soeharto ketika berkunjung ke RS Pertamina, 14 Januari 2008. "Saya pikir dia mengetahui kedatangan saya," katanya. Atas tuduhan korupsi selama pemerintahan Soeharto, Dr Mahathir mengatakan "Kalian tidak bisa menyalahkan kesalahan satu-satunya kepada Soeharto karena korupsi sudah berlangsung lama dan itu terjadi juga di banyak negara ". "Bahkan korupsi pun terjadi di Malaysia. Jadi jangan salahkan semuanya kepada beliau, itu tidak benar," katanya. Mahathir mengatakan senang dapat bekerja sama dan punya hubungan baik dengan Soeharto ketika menjadi presiden dan ketika dia menjadi PM Malaysia karena mereka dapat berbicara dengan persahabatan satu sama lain. "Ada beberapa sengketa antara kedua negara tapi sengketa itu tidak pernah menimbulkan konfrontasi antar negara. Kita punya sengketa perbatasan namun kita tidak dapat menyelesaikan semua masalah," katanya. "Kita dapat kelola perundingan satu sama lain dengan sikap persahabatan," katanya terkait dengan sengketa Pulau Ligitan dan Sipadan. Indonesia dan Malaysia sepakat membawa sengketa itu kepada Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda, yang keputusannya kedua pulau itu adalah milik Sabah, Malaysia.(*)

Pewarta:
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008