Manila (ANTARA News) - Seorang panglima pejuang Moro terkait Al Qaida dilaporkan tewas tewas pada Kamis, akibat bentrok dengan tentara pemerintah di Filipina selatan, kata perwira tinggi Marinir. Mayor Jenderal Ben Dolorfino mengatakan Wahab Upao, panglima pejuang Abu Sayyaf, tewas dalam pertempuran subuh di kota Panglima Sugala di propinsi Tawi-Tawi, 1.020 kilometer selatan Manila. Dolorfino menyatakan Upao, yang kepalanya dihargai pemerintah 2,5 juta peso (sekitar 555 juta rupiah), dicari untuk pembunuhan seorang pastor Katolik di kota dekatnya pada dua pekan lalu. Abu Sayyaf adalah kelompok terkecil, tapi paling keras, pejuang Moro di Filipina selatan. Kelompok itu disalahkan untuk serangan maut dan penculikan tingkat tinggi di negara kepulauan tersebut. Kelompok pria bersenjata mengenakan tutup kepala, diduga gerilyawan Abu Sayyaf, membunuh seorang pastor Katolik dalam usaha penculikan di Filipina selatan, kata pejabat pada tengah Januari. Mereka menculik seorang guru setempat bersama dengan Rey Roda, pastor wilayah Tawi-Tawi, pulau terpencil berpenduduk sebagian besar warga Moro di ujung paling selatan negara itu pada hari sebelumnya. "Laporan itu menunjukkan pastor Roda melawan dan ia kemudian ditembak mati," kata inspektur kepala Joel Goltiao, "Pengejaran sedang dilakukan." Kepala kepolisian pulau Tawi-Tawi menuduh Abu Sayyaf, kelompok gerilyawan setempat, atas serangan terhadap pastor itu. "Ia telah mendapat ancaman penculikan dari Abu Sayyaf, tapi menolak tawaran kami bagi pengawalan polisi," kata inspektur utama Wyneright Taup kepada wartawan, dengan menambahkan bahwa pastor itu berikrar tidak akan pernah diculik oleh gerilyawan. Gerilyawan Moro menggunakan Tawi-Tawi dan pulau Jolo sebagai pangkalan dan penggarongan serta penculikan untuk menuntut uang tebusan sering terjadi di pulau itu. Roda (55) adalah pekabar injil ketiga tewas di daerah itu sejak 1957. Filipina adalah negara berpenduduk sebagian besar beragama Katolik, tapi suku kecil Moro di selatan telah berperang puluhan tahun untuk mendirikan pemerintahan mandiri. Seorang perwira intelijen angkatan darat menyatakan serangan itu terhadap pastor Katolik menunjukkan pengaruh meningkat Al Qaida dan Jemaah Islamiyah pada kelompok garis keras setempat, yang timbul dengan kebangkitan pemimpin baru Abu Sayyaf, Yasser Igasan, yang mendapat pelatihan di Libya. "Mereka kembali ke dasar," kata perwira intelijen tentara kepada kantor berita Inggris Reuters, menyebut bahwa ketika mulai bergerak pada awal 1990-an, kelompok itu menyerang gereja Katolik, pastor dan pekabar injil Protestan. Tapi, pada awal dasawarsa ini, kelompok itu mengubah gerakan mereka dengan melakukan penculikan untuk meminta uang tebusan, menculik belasan warga Barat dan menangkap yang lain serta membebaskan mereka dengan uang tebusan berjumlah besar sekali. "Igasan berusaha menggalang kekuasaannya atas Abu Sayyaf dan berusaha mendapat dukungan dari masyarakat dengan menyerang sasaran agama, seperti, pastor," kata perwira itu, "Ia berusaha meningkatkan sengketa agama." Seorang "perusuh", yang terlibat dalam penculikan wisatawan asing dari loka wisata Malaysia pada 2000, ditangkap di Filipina selatan, kata polisi pekan lalu, seperti dikutip Kantor Berita Jerman (DPA). Usman Sahari, anggota kelompok Abu Sayyaf, ditangkap di kota Zamboanga, Filipina selatan, pekan sebelumnya, tapi penangkapannya tidak diumumkan sampai ia diperiksa, kata Inspektur Angelito Casimiro. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008