Kotabaru (ANTARA News) - Tahun baru Imlek 2559 di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) tampak sepi dan tidak terlihat adanya perayaan dan kemeriahan. Pemantauan ANTARA News, Kamis, suasana Kotabaru pada tahun baru Imlek ini bahkan lebih sepi dibanding hari-hari libur biasanya, karena kawasan pertokoan sebagian tutup. Begitu juga dengan kondisi di sejumlah taman rekreasi dan obyek wisata, tampak lengang tidak ada aktifitas menonjol. Pasalnya, hampir sebagian besar ruko dan agen-egen barang sembilang bahan pokok dan kebutuhan sehari-hari, di pinggir jalan protokol dan komplek pasar blok 17 dan blok-blok yang lainnya terlihat tutup dalam beberapa hari ini. Pengelola Tridharma atau Klenteng di Kotabaru, ketika ditemui di Komplek Tridharma, mengatakan, tiga hari sebelum tahun baru Imlek warga keturunan mulai berbondong-bondong pulang ke tanah kelahirannya di Surabaya dan mengunjungi keluarganya di beberapa daerah lain. "Sudah menjadi kebiasaan warga, menjelang tahun baru Imlek, mereka pada rame-rame pulang kampung untuk merayakan Imlek bersama sanak keluarganya yang telah lama ditinggalkan," katanya menjelaskan. Warga yang sebagian besar pengusaha tersebut, akan pulang kembali ke Kotabaru empat sampai lima hari setelah merayakan Imlek bersama keluarganya di Pulau Jawa, demikian Yung Hoe. Dengan didampingi Ketua Kerukuranan Warga Keturunan, Kotabaru, Ang Wha Bing (Darman), mengungkapkan, belasan ruko di Jalan Putri Ciptasari, Suryagandamana, Pangeran Indrakesuma Jaya, Bakti, dan beberapa ruko di jalan-jalan protokol, nampak tutup karena ditinggalkan pemiliknya. Sudah menjadi kebiasaan, pada hari Imlek warga rame-rame pulang ke tanah kelahirannya. Namun 15 hari kemudian (Chap Dhome), atau pada bulan purnama pertama suasana akan sangat meriah, karna pada hari itu akan ada pertunjukkan baraongsai dan kesenian khas Mandarin. "Malam purnama di bulan satu ini menjadi acara yang sangat ditunggu-tunggu oleh kami semua, karena saat itu merupakan hari kemenagan dan pembebasan kami dari kesulitan hidup," katanya. Sementara dalam merayakan malam purnama pertama tersebut, warga rame-rame membawa kue, buah-buahan dan sayuran, dan beraneka makanan dengan aneka cita rasa selain makanan yang terbuat dari hewan bernyawa. "Sudah menjadi pantangan kami, dalam merayakan Imlek kami tidak boleh menyajikan makanan kepada dewa-dewa yang terbuat dari hewan disembelih atau yang bernyawa," ujarnya. Karena menghilangkan nyawa binatang termasuk menyalahi kodrat kehidupan. Semua mahluk hidup ingin hidup, tetapi dipotong dan dimakan, ajaran kami tidak membenarkan hal demikian," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008