Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian (Deptan) siap mengembangkan Kawasan Kedelai atau "Soybean Estate" guna memacu produksi nasional dan mempercepat swasembada kedelai. Sekjen Deptan, Hasanuddin Ibrahim, mengatakan di Jakarta, Kamis, Kawasan Kedelai itu nantinya merupakan perkebunan besar yang direncanakan mencapai 400 ribu hektar (ha). "Pengembangan `soybean estate` ini nantinya akan melibatkan swasta maupun BUMN," katanya. Menurut dia, sebenarnya terdapat areal seluas satu juta ha yang akan dikembangkan untuk perluasan tanaman kedelai, namun 400 ribu ha di antaranya bisa dikembangkan tanpa intervensi pemerintah. Meskipun pengembangan Kawasan Kedelai tersebut melibatkan swasta maupun BUMN, namun tetap bermitra dengan petani. Sejumlah BUMN yang telah menyatakan tertarik mendukung pengembangan tersebut antara lain Perum Bulog, BRI dan PT Pertani. "Nantinya Bulog diharapkan sebagai `off taker`, penyedia bibit dari PT Pertani sementara kredit dari perbankan," katanya. Menyinggung benih kedelai yang akan dimanfaatkan untuk Kawasan Kedelai tersebut, Hasanuddin mengatakan akan menggunakan varietas lokal. Saat ini sedang dilakukan pemetaan lokasi yang sesuai untuk kedelai. Sebelumnya Menteri Pertanian Anton Apriyantono mengatakan, untuk mempercepat swasembada tanaman pangan, pemerintah menyiapkan anggaran Rp1 triliun, sekitar Rp600 miliar untuk tanaman kedelai. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan model pengembangan kedelai, mulai dari Sekolah Lapangan Pengembangan Tanaman Terpadu (SLPTT) kedelai, dan "soybean estate" yang melibatkan perusahaan swasta dan BUMN serta mempercepat perluasan kemitraan dengan pabrikan. Data Departemen Pertanian menunjukkan pada 1990 impor kedelai di bawah 500.000 ton dengan nilai rata-rata per tahun 128 juta dolar AS. Impor kedelai kemudian meningkat tajam dari tahun ke tahun, di mana pada 2000 mencapai 1,3 juta ton dengan nilai 300 juta dolar AS, kemudian 2000-2005 rata-rata 1,1 juta ton dengan nilai 358 juta dolar AS atau setara Rp3,58 triliun. Produksi kedelai pada 1992 merupakan puncak produksi di mana mencapai 1,86 juta ton, tapi sejak 1993 terus menurun. Produksi padaa 2003 tercatat 671.600 ton disebabkan gairah petani menanam kedelai turun dipicu masuknya produk impor dengan harga murah karena saat itu bea masuk impor nol persen. Produksi kedelai pada 2004 hingga 2006 sempat meningkat dari 723.483 ton menjadi 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006), namun 2007 kembali turun menjadi sekitar 608.000 ton. Sementara itu Balai Besar Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian menyatakan, potensi sumberdaya lahan yang tersedia baik berupa lahan sawah maupun lahan kering yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kedelai mencapai 17,7 juta ha di 18 provinsi. Namun demikian sumberdaya lahan yang sesuai dan tersedia terdapat di 14 provinsi dengan luas mencapai 12,59 juta ha yakni di Sumut, Riau, Bengkulu, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008