Bila sektor pertanian nasional tidak ikut beradaptasi dengan memberdayakan teknologi digitalisasi untuk membantu hasil pertanian, ke depan berpotensi terjadi kekurangan pangan.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat kebijakan publik dari Universitas Indonesia (UI) Riyanto mengapresiasi program digitalisasi pertanian yang digencarkan oleh Kementerian Pertanian karena dinilai tidak hanya menguntungkan produsen tetapi juga konsumen pengguna hasil pangan.

"Kebijakan Kementan yang telah beradaptasi mendayagunakan teknologi 4.0 pada alsintan (alat mesin pertanian) patut diapresiasi," kata Riyanto dalam rilis yang diterima di Jakarta, Rabu.

Menurut Riyanto, bila sektor pertanian nasional tidak ikut beradaptasi dengan memberdayakan teknologi digitalisasi untuk membantu hasil pertanian, ke depan berpotensi terjadi kekurangan pangan.

Ia berpendapat bahwa implementasi teknologi 4.0 pada mekanisasi pertanian diperkirakan bakal mampu memberikan manfaat dua arah yakni di hulu dan hilir. "Dengan begitu Indonesia dapat menyiapkan ketahanan pangannya sebab hulu dan hilirnya bisa digenjot produktivitasnya," ucap Riyanto.

Riyanto menjelaskan, dengan demikian maka penggunaan teknologi 4.0 pada alsintan dapat menguntungkan baik petani maupun konsumen, karena produksi pertanian naik untuk petani dan stok pangan untuk masyarakat juga aman.

Ke depannya, ungkap Riyanto, tinggal pemerintah melalui Kementan dapat memberikan kepastian hukum tentang penerapan teknologi 4.0 di industri pertanian sehingga pelaku usaha swasta merasa difasilitasi mengembangkan teknologi 4.0 untuk mekanisasi pertanian sebab telah jelas regulasinya.

Sebagaimana diwartakan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan, mekanisasi pertanian bisa menurunkan biaya produksi, sehingga para petani banyak diuntungkan dengan hal tersebut.

"Jadi ke depan menanam padi menggunakan drone (pesawat tanpa awak) yang bisa menghemat biaya sampai 60 persen. Artinya jika dalam sekali tanam membutuhkan Rp12 juta, maka dengan alat modern drone cuma butuh Rp6 juta," kata Amran Sulaiman saat meluncurkan pertanian 4.0, di Desa Junwangi, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (29/6).

Menurut Amran, Kementerian Pertanian telah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk berbagai alat dan mesin pertanian seperti autonomous tractor, drone sebar benih, drone sebar pupuk granule, panen olah tanah terintegrasi dan penggunaan obat tanam.

"Capaian kami banyak yang melebihi target yang ditetapkan pemerintah. Saya cek gudang beras penuh, harga stabil dan ekspor meningkat tajam, bahkan tertinggi dalam sejarah. Kemudian Inflasi rendah dan PDB kita meningkat," ujarnya.

Baca juga: Mentan sebut mekanisasi pertanian mampu turunkan biaya produksi

Ia juga berpendapat bahwa semua capaian ini tidak terlepas dari gagasan Presiden Jokowi dalam merevolusi mental semua lini, termasuk menerapkan Pertanian 4.0 pada sektor pertanian. Penggunaan digitalisasi adalah jalan menuju persaingan antarnegara di dunia.

"Tidak mungkin bisa bersaing dengan negara lain tanpa menggunakan pertanian modern. Dari awal sudah melakukan digitalisasi seperti e-catalog. Jadi pembelian apapun langsung ke pabrik, harga murah dan datang tepat waktu. Semuanya karena e-catalog. Dengan cara ini harga juga turun, kemudian saya akumulasi per tahun penghematan anggaran sangat drastis," ucapnya.

Amran mengatakan, dengan penghematan ini pemerintah bisa mendorong lebih banyak lagi penggunaan alat ke seluruh Indonesia.

Sebelumnya, Mentan juga mengemukakan, teknologi alat dan mesin pertanian yang modern menjadi salah satu kunci menggaet generasi muda tertarik terjun ke lahan sawah dan menjadi petani.
Baca juga: Peneliti dorong peningkatan efisiensi teknologi sektor pertanian

Menurut Amran, pemberian alat dan mesin pertanian modern dari pemerintah telah mengubah paradigma lama bahwa petani menggunakan cangkul dan sekop untuk menanam jagung di sawah.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019