Semarang (ANTARA News) - Ratusan umat Hindu di Kota Semarang yang sebagian besar mengenakan pakaian adat Bali mengikuti upacara tawur agung kesanga di Pura Agung Giri Natha. Upacara ini merupakan rangkaian dari peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1930, kata Ketua Panitia Tahun Baru Saka 1930 Pura Agung Giri Natha, Agung Ketut Darmaja di Semarang, Kamis malam. Menurut dia, upacara tawur kesanga merupakan upacara semacam kebaikan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai penguasa alam semesta agar tercipta alam yang bersih, seimbang, dan damai. Ia mengatakan, upacara tawur kesanga atau upacara Bhutayajna (korban suci bagi bhuta kala) dilakukan sehari sebelum Nyepi. Upacara ini bertujuan membuka hubungan yang harmonis dengan makhluk ciptaaan Sang Hyang Widhi yang lain, yakni bhuta kala. Upacara tawur kesanga diawali para umat Hindu mengelilingi Pura Agung Giri Nata sebanyak tiga kali dengan iringan musik gamelan khas Bali. Pada kesempatan itu para wanita membawa sapu lidi, sedangkan bagi kaum laki-laki membawa obor, "tulud", dan kentongan. Kemudian para umat Hindu mengikuti upacara Bhutayajna dengan bersembahyang di pelataran pura bagian tengah (madya mandala) sembari mempersembahkan sesaji untuk bhuta kala. Setelah ritual bhutayajna selesai, mereka naik ke pelataran pura bagian utama (utama mandala) dan melakukan upacara Dewayajna (korban suci kepada Tuhan). Seluruh rangkaian upacara persembahyangan dipimpin oleh Pinandita Dewa Bagus Budra. Darma wacana, Agung Darmaja dalam menyambut Tahun Baru Saka 1930 menyampaikan renungan dengan judul Nyepi melestarikan bumi dan memperbarui diri. Ia mengatakan, malam ini merupakan ujung akhir peredaran Tahun Saka 1929 umat Hindu melaksanakan upacara Bhutayajna yang bermakna sebagai pembersihan, penyucian makrokosmos jagat agung atau guano agung. "Sesungguhnya apa yang kita lakukan pada malam hari ini baru bersifat ritualistik belum nyata sebagai amalan kebajikan kepada Sang Hyang Widi agar unsur-unsur yang membangun jagat raya ini, yakni unsur panca bhuta menjadi seimbang," Ia mengatakan, ketika unsur bumi, unsur tanah, unsur api, unsur air, dan unsur udara semu sudah seiman maka manusia selaku jagat alit bisa menikmati ketenangan.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008