Sektor jasa ke depan yang akan digital itulah menjadi taruhan kita.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menyebut orientasi produk ekspor ke depan harus memprioritaskan sektor jasa di samping produk, seperti yang dilakukan Korea Selatan dengan budaya K-Pop mereka.

"Tidak harus semata-mata ekspor itu barang, produk, atau komoditas tapi sudah saatnya kita bicara ekspor jasa," ujar Bambang saat menghadiri diskusi Manfaat Ekonomi Digital di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa.

Menurut Bambang, Indonesia bisa mencontoh Korea Selatan yang mampu merebut market di bidang budaya pop atau yang dikenal sekarang K-Pop.

K-Pop dalam pandangan Bambang termasuk dalam profil industri ekspor di sektor jasa. Budaya K-Pop, baik film maupun musik, tidak hanya berkembang pesat di negara asalnya saja, namun hingga ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani bebaskan PPN untuk ekspor jasa

Berdasarkan catatan sejarah perekonomian, Korea Selatan dan Indonesia memiliki kemiripan. Pada tahun 1950-an, Indonesia dan Korea Selatan sama-sama masuk negara miskin.

Kemudian pada tahun 1970-an, Korea sudah masuk ke negara menengah, sementara Indonesia masih negara yang Low Income Country. Titik jurang terbesar terjadi pada tahun 1990-an, di mana Korea sudah mampu menjadi negara maju dengan industri elektronik dan permesinan.

"Saya yakin di sini semua (menunjuk pada seluruh peserta diskusi) handphone-nya pasti Samsung. Dan TV kita dulu pasti LG. Sebelumnya yang membuat mereka negara maju adalah industrialisasi sektor manufaktur, produknya seperti permesinan dan elektronik," kata dia.
Baca juga: Pengamat: Kesepakatan perdagangan jasa ASEAN dorong kinerja ekspor

Sektor jasa itu juga dilakukan oleh Amerika melalui industri perfilman atau yang dikenal Hollywood. "Ekspor Amerika Serikat bukan I-phone tapi Hollywood di mana kita menjadi punya pandangan tertentu terhadap Amerika," kata dia.

Kepala Bappenas mengatakan Indonesia sangat bisa untuk menjadi negara maju. Bambang memprediksi pada tahun 2045, Indonesia bisa menjadi salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Namun untuk menuju negara maju tersebut, terdapat sejumlah tantangan yang mesti dihadapi dan diselesaikan. Tantangan itu seperti mempertahankan pertumbuhan ekonomi 5,1 persen hingga 2045, penguatan sektor ekonomi digital, hingga menciptakan entrepreneur sebanyak-banyaknya.
Baca juga: Pemerintah berencana perluas cakupan PPN ekspor jasa nol persen

Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mencapai itu semua, lanjutnya, dengan memiliki daerah yang khusus dalam pengembangan ekonomi digital, atau yang ia sebut sebagai kluster ekonomi digital.

"Sektor jasa ke depan yang akan digital itulah menjadi taruhan kita. Jadi bayangan saya nanti agar kluster kreatif dari digital yang sekarang menjamur di Indonesia. Kluster ekonomi kreatif di Indonesia harus ada, jadi inkubator pengembangan jasa itu sendiri," katanya.

Baca juga: Bappenas: ekonomi digital jadi penggerak pertumbuhan ekonomi 2045
Baca juga: CSIS: Teknologi digital jadi landasan pembangunan ekonomi inklusif

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019