Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi I DPR RI (Bidang Luar Negeri dan Pertahanan Keamanan), Theo L Sambuaga, mengharapkan sambutan simpatik warga Jakarta terhadap pawai "Obor Olimpiade" dan meminta semua pihak tidak ikut-ikutan mengaitkan kerusuhan Tibet dengan penyelenggaraan pesta olahraga multi-iven di Republik Rakyat China, Agustus 2008. "Kalau di mana-mana kita mendengar berita adanya aksi demo dalam menyambut pawai "Obor Olimpiade", malah di beberapa tempat berubah jadi kekerasan, maka hal itu tidak perlu terjadi di Jakarta," katanya kepada ANTARA News di Jakarta, Senin. Ingat, lanjutnya, ini (Olimpiade Musim Panas 2008) merupakan kebanggaan bersama bangsa Asia. "Dan bagi Indonesia, sesungguhnya kita selalu mengakui kedaulatan Republik Rakyat China (RRC) atas Tibet dan integrasi wilayahnya," tandas mantan Presiden Komisi Politik dan Perlucutan Senjata `Inter-Parliamentary Union (IPU) atau Uni Parlemen Sedunia. Theo mengatakan itu sehubungan dengan kedatangan "Obor Olimpiade` yang akan diarak di sejumlah ruas jalan protokol Jakarta, pekan depan, sebagai rangkaian memarakkan Pesta Olahraga Olimpiade Musim Panas 2008 ini. "Sebagai sesama bangsa Asia, Indonesia harus mendukung China sebagai tuan rumah. Karena, hingga kini baru tiga negara Asia yang berkesempatan menggelar hajatan simbil kebersamaan masyarakat dunia tersebut," kata Theo Sambuaga yang baru sehari tiba dari Afrika Selatan, mengikuti Sidang Majelis Umum IPU. Bagi Theo Sambuaga, penyelenggaraan pawai "Obor Olimpiade" di Jakarta yang direncanakan melewat jalur antara "Silang Monas" hingga "Gelora Bung Karno", harus disambut hangat dan positif. "Tidak perlu terpancing kepada reaksi berlebihan seperti contohnya di beberapa negara lain, apalagi bertindak menjurus pada kekerasan. Sebab, ini merupakan peristiwa olahraga, tidak perlu dikaitkan dengan politik," katanya. Olimpiade, menurutnya, merupakan simbol kebersamaan masyarakat dunia yang harus terus dipelihara moralnya, agar tidak dikotori atau dimanfaatkan secara politik oleh kepentingan apa pun. "Ini peristiwa olahraga terbesar di dunia, dan sesuai harapan masyarakat dunia yang plural, ini ajang membangun kebersamaan bersama melalui berbagai iven pertandingan yang menunjukkan semangat kompetisi secara sportif dan `fair`," ujarnya lagi. Mantan Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI ini juga mengingatkan, jika kita konsern dengan soal Tibet, hal itu perlu mengekspresikannya melalui saluran yang wajar. "Konsern kita (RI) kepada situasi di Tibet, sejak adanya kekerasan oleh aparat terhadap para biksu serta barisan demonstran, harus langsung disampaikan kepada Pemerintah RRC. Kita harus bersikap seperti itu," katanya. Ia kembali mengingatkan, RI selalu mengakui kedaulatan RRC atas Tibet. "Termasuk mengakui integritas wilayahnya," tegas Theo Sambuaga.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008