... orang paling miskin memperoleh 73 persen kalori harian mereka dari sereal dan hanya 10 persen dari susu atau produk daging... "
PBB, New York (ANTARA News) - Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), Selasa (1/4), memberi gambaran mengenai masalah gizi yang terus merongrong akibat kemerosotan vitamin dan mineral dan pertumbuhan kecil di dalam potretnya mengenai Eropa dan Asia Tengah.

Pada malam acara dua-tahunannya, Konferensi Regional bagi Eropa --diselenggarakan di Bukares, Romania-- FAO menyatakan malaupun asupan kalori di 53 wilayah negara memperlihatkan penurunan angka kelaparan jadi kurang dari satu persen hingga 2050, masalah gizi terus terjadi di sebagian negara saat ini.

"Asupan kalori sebagai tolok-ukur kurang gizi saat ini bukan menjadi masalah utama," demikian antara lain isi dokumen FAO.

Bagi banyak negara, masalah yang lebih utama ialah kekurangan asupan mikronutrien yang memadai dan kualitas makanan sub-optimal, yang seringkali lebih rendah dibandingkan dengan negara lain di dunia, kata beberapa pejabat PBB di Markas PBB, New York.

Raimund Jehle, Petugas Senior Program Lapangan di Kantor Regional FAO untuk Eropa dan Asia Tengah, mengatakan banyak makanan kekurangan mikronutrien, di antaranya zat besi, atau vitamin.

Di seluruh wilayah itu, dua negara belum mencapai sasaran pengurangan kekurangan gizi sampai separuh hingga 2015: Sasaran Pembangunan Milenium 2001 pertama dan Sasaran Pertemuan Puncak Pangan Dunia 1996.

MDG adalah serangkaian delapan sasaran anti-kemiskinan yang akan dicapai paling lambat pada 2015.

Tambahan lagi, lima persen angka kekurangan gizi masih ada di tiga negara hari ini dan tingginya angka anak yang mengalami hambatan pertumbuhan ditemukan di dua negara.

Di Kaukasus dan Asia Tengah, jumlah anak yang berusia di bawah lima tahun dan mengalami hambatan pertumbuhan lebih dari tiga kali lebih tinggi dibandingkan dengan di Persemakmuran Negara Merdeka Eropa (CIA), tempat angka itu mencapai enam persen.

"Kekurangan gizi berkaitan dengan status kemiskinan," kata Jehle.

Meskipun di sebagian negara, orang paling miskin memperoleh 73 persen kalori harian mereka dari sereal dan hanya 10 persen dari susu atau produk daging, mereka dengan penghasilan paling tinggi mendapat makanan yang lebih seimbang; Sebanyak 48 persen kalori mereka berasal dari sereal dan 29 persen dari produk hewani.

Dalam kecenderungan yang positif bagi peningkatan kualitas dan keragaman pangan, dokumen FAO itu menyatakan produk buah dan sayuran di Kaukasus dan Asia Tengah meningkat.

Mengenai kegemukan, FAO mengatakan hampir 48 persen orang di negara Kaukasus dan Asia Tengah, serta lebih dari 50 persen di CIS Eropa dan negara Eropa Tenggara kelebihan berat atau gemuk berdasarkan standar WHO.

Dokumen itu mengingatkan mengenai resiko kelebihan berat terjadi akibat peningkatan penyakit yang berkaitan dengan makanan dan keterbatasan instalasi kesehatan, terutama di negara dengan sumber dana yang lebih sedikit.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014