Saya optimis karena (di Indonesia) masih ada sumber karbohidrat dari bahan pangan lain, harapan saya masyarakat jangan bergantung pada beras
Semarang (ANTARA) -
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengajak masyarakat untuk meningkatkan gizi keluarga dari pangan lokal selain beras, utamanya pada masa dimana banyak daerah yang mengalami kekeringan seperti saat ini.
 
"Sekarang ini kekeringan meningkat diiringi harga barang yang naik, dan yang kelihatan kan beras. Saya optimis karena (di Indonesia) masih ada sumber karbohidrat dari bahan pangan lain, harapan saya masyarakat jangan bergantung pada beras," kata Hasto saat ditemui di Semarang, Jawa Tengah, Selasa.
 
Ia menjelaskan demo masak hari ini yang dilakukan Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dengan memanfaatkan bahan pangan lokal dari singkong bisa ditiru di kabupaten/kota lain.
 
"Oleh karena itu hari ini ada demo masak di Kota Semarang, yang ditekankan itu bagaimana pengganti beras bisa hadir. Maka tadi ada opor singkong, tetapi kalau karbohidratnya dari singkong, jangan lupa proteinnya dicukupi dari ayamnya," ujar Hasto.
 
Ia berharap kekeringan yang melanda beberapa daerah tidak terlalu berdampak pada kenaikan angka stunting, karena beras sebagai salah satu bentuk karbohidrat, bisa diganti dengan sumber karbohidrat yang lain.

Baca juga: BKKBN ajak keluarga manfaatkan pangan lokal tingkatkan gizi keluarga
 
"Ini momentum ketika harga pangan ada kenaikan, maka masyarakat harus mengutamakan produk lokal, dan tidak harus beras, tadi ada labu, singkong, banyak sekali lah. Jagung misalnya. Jadi saya kira momentum ini bisa dipakai untuk kesempatan agar tidak bergantung pada beras," tuturnya.
 
Ia memaparkan bahan pangan kaya karbohidrat seperti singkong, labu, atau jagung, tidak membutuhkan banyak air dan bisa menjadi tanaman tadah hujan, sehingga sangat baik dimanfaatkan di musim kemarau atau di wilayah yang mengalami kekeringan.
 
"Makanan lokal dan tidak impor itu yang bisa membuat kita bertahan, dan tidak tergantung dari melimpahnya air, seperti singkong, jagung, itu kan tadah hujan. Kalau padi pada umumnya kan butuh irigasi, sehingga kekeringan itu lebih banyak menghantam padi, jadi saya berharap ada konversi," ucapnya.
 
Menurut Hasto, ketahanan pangan masyarakat juga berpengaruh terhadap angka stunting di suatu wilayah.
 
"Jadi tingkatannya itu kan ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan kedaulatan pangan. Kita kalau bisa kedaulatan pangan, semua bahan pangan dari produk sendiri, tetapi kalau kedaulatan belum bisa, paling tidak ya ketahanan pangan lah (untuk menekan angka stunting)," kata Hasto.
 
Ia berpesan kepada bupati/wali kota di tiap daerah agar bisa mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk penyediaan pangan, utamanya alternatif selain beras, sehingga tidak ada kerawanan pangan pada masa kekeringan dan gizi keluarga bisa tetap tercukupi.

Baca juga: BKKBN gandeng TNI AL gelar Dapur Sehat Atasi Stunting di Marunda
Baca juga: Kemenkes: Stunting adalah proses kronis, tidak terjadi tiba-tiba

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023