Investor banyak minat ke infrastruktur, sektor yang jadi primadona sejak APEC
Jakarta (ANTARA News) - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga di kisaran Rp12.000-an dinilai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani tidak menggoyahkan minat investasi di Indonesia.

"Saya melihat kalau dari sisi minat investor, (pelemahan rupiah) belum memengaruhi (investasi). Atau, kalau pun memengaruhi paling nilainya minor," kata Franky usai peluncuran layanan penerbitan perizinan online di Jakarta, Senin.

BKPM menilai rencana investasi yang akan datang masih akan sangat tinggi, mengingat minat para investor untuk menanamkan modal di Indonesia. Terlebih setelah pidato Presiden Joko Widodo dalam pertemuan APEC di Beijing, Tiongkok, beberapa waktu lalu.

"Kami sekarang lebih mengejar realisasi investasi, jadi kalau rencana investasi yang akan datang itu kelihatannya masih belum terpengaruh. Minat investor masih sangat tinggi," ujarnya.

Franky menuturkan, para investor melihat pemerintah yang baru terpilih telah memberikan harapan baru terkait investasi. Hal itu ditunjukkan dengan komitmen pemerintah memperbaiki iklim investasi melalui penyederhanaan sistem perizinan satu atap serta pengkajian masalah lahan.

"Banyak prospek dalam negeri yang dilihat investor cukup menjanjikan. Maka, di situlah peran pemerintah bagaimana menampilkan opportunity (peluang) itu di meja sehingga mereka bisa hadir dan memastikan minat mereka di mana," katanya.

Beberapa sektor yang begitu diminati para investor di antaranya yakni infrastruktur dan industri padat karya.

"Investor banyak minat ke infrastruktur, sektor yang jadi primadona sejak APEC. Tapi untuk beberapa industri manufaktur dalam negeri juga masih ada minat dan rencana perluasan. Ini yang sedang kami komunikasikan dan kami data," katanya.

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014